Jumat, 16 November 2012

Materi Kulia Keperawatan

Arsip untuk Kategori 'Materi Kuliah Keperawatan'

14
Jan
09

ASPEK KLINIS KELAINAN KONGENITAL DAN PENYAKIT KETURUNAN

Konsep Fisiologis
 Gen dan Kromosom
 Gen merupakan factor-faktor keturunan yang terdapat dalam kromosom yang terdiri atas DNA (Deoxyribonukleicacid).
 Tiap gen mengandung informasi yang disandi dalam bentuk sekuen dari nukleutida.
 Kromosom merupakan struktur nucleus yang merupakan sel eukariotik terdiri molekul DNA yang berisi gen.
 DNA terdiri dari dua utas benang polinukleotida yang saling berpilin (double helix=berpilin ganda). Seutas tali nukleotida tersusun atas rangkaian nukleotida yang terdiri dari gugusan gula deoksiribosa, gugusan asam pospat dan gugusan basa nitrogen.
 Basa nitrogen penyusun DNA terdiri dari basa purin yaitu adenin (A) dan guanin (G), serta basa pirimidin yaitu sitosin (C) dan timin (T).
 Manusia memiliki 23 pasang Kromosom yang terdiri dari 2 bagian yaitu autosom dan genosom.
 Autosom yaitu pembawa sifat sebanyak 22 pasang sedangkan genosom yaitu pembawa sifat kelamin sebanyak 1 pasang. Kromosom = 44 A + XY (untuk sperma), 44 A + XX (untuk ovum).
 Sifat Genom : DNA dan RNA
 Asam nukleat yang ada sangkut pautnya dengan sifat hereditas adalah ADN (asam deoksiribo nukleat) dan ARN (asam ribonukleat).
 DNA dan RNA bertangmgung jawab terhadap sintesis protein serta mengontrol sifat-sifat keturunan
 Siklus Sel
Sel-sel yang bereproduksi akan menggandakan informasi yang terkandung dalam DNA nya dan kemudian membelah diri untuk menjadi dua sel baru. Siklus sel ini terdiri dari 2 fase : Interfase, saat sel menggandakan DNAnya dan Mitosis, saat sel terbelah menjadi dua.
1. Interfase
Dalam keadaan tidak aktif membelah atau dianggap sebagai stadium istirahat walaupun tejadi _aat replikasi DNA dan sintesis protein aktif. Interfase merupakan suatu proses yang memakan waktu antara 10-20 jam
Interfase dibagi lagi menjadi 3 periode yang berbeda:
- Stadium G1, periode pada saat sel beristirahat setelah menjalani mitosis
- Stadium G2, periode pada saat sel secara aktif membentuk protein, lemak, dan potongan-potongan RNA
- Stadium S, periode sewaktu terjadi penyalinan DNA

2. Mitosis
Mitosis adalah proses yang jauh lebih singkat dari pada interfase dan berlangsung sekitar satu jam. Sel, yang telah mengalami duplikasi pada interfase, terbelah menjadi dua sel anak yang mengandung 23 pasang kromosom.proses pembelahan mitosis terjadi pada semua sel tubuh makhluk hidup, kecuali pada jaringan yang menghasilkan sel gamet. Mitosis terdiri dari stadium-stadium profase, metafase, anafase, dan telofas.
- Profase, adalah stadium dimana strukur-struktur protein (sentriol) yang terdapat disitoplasma sel mulai bergerak disisi atau kutub yang berlawanan didalam sel. Hal ini akan meregangkan membran inti dan menyebabkan pecah.
- Metafase, adalah stadium selama kromosom secara jelas tampak menjadi dua set pasangan yang berdampingan satu sama lain di bagian tengah sel. Terdapat mikrotubulus yang memanjang dari sentriol kemasing-masing pasangan kromosom.
- Anafase, adalah stadium selama mikrotubulus mulai menarik pasangan kromosom agar terpisah. Satu pasang menuju salah satu kutub sentriol dan pasangan lainnya menuju kutub sentriol yang lain
- Telofase, adalah stadium selama sel terbelah ditengahnya dan terbentuk membran inti yang baru di kedua sel baru tersebut yang membungkus ke 23 pasang kromosom (total 46) yang terdapat didalam sel.
 Meiosis
Meiosis adalah proses dimana sel-sel seks pada ovarium atau testis menghasilkan sel telur atau sperma yang matang. Meiosis melibatkan replikasi DNA dalam seks, diikuti oleh pembelahan dua sel. Terbentuk sel anak , masing-masing hanya memiliki n kromosom yaitu 23 kromosom. Selama pembuahan (fertilisasi), informasi genetik yang terkandung dalam 23 kromosom telur menyatu dengan informasi genetik yang terkandung dalam 23 komosom sperma. Hal ini menghasilkan embrio dengan komosom total 46.
Perbedaan mitosis dan meiosis
No Mitosis Meiosis
1 Satu kali pembelahan Dua kali pembelahan
2 Menghasilkan 2 sel anak Menghasilkan 4 sel anak
3 Jumlah kromosom sel anak sama dengan kromosom sel induk (2 n) Jumlah kromosom sel anak setengah kromosom sel induk
4 Terjadi di sel tubuh Terjadi di organ reproduksi ( tempat pembentukan sel kelamin
5 Berfungsi untuk perbanyakan sel, pertumbuan, dan perbaikan Berfungsi untuk membentuk sel kelamin
 Genotif dan Fenotif
Informasi genetik yang di bawa dalam kromosom sel anak disebut genotif.
Gambaran fisik dari informasi genetik tsb, tinggi/ pendek, gelap/ terang =fenotif
Pewarisan Gen Tunggal
Gen yang menentukan sifat spesifik disebut alel, untuk masing-masing sifat, sebuah gen tunggal memiliki dua alel pengontrol: satu pada kromosom yang berasal dari ibu dan satu pada kromosom yang berasal dari ayah.
Alel Heterezigot dan Homozigot
Apabila seseorang memiliki alel identik maka bersifat homozigot(AA), dan seseorang memiliki alel yang berlainan yang mengkode satu sifat disebut heterozigot(aa).
Pewarisan Multifaktor
Sebagian besar karakteristik fenotif dipengaruhi oleh beberapa gen. Tinggi, Intelegensi, dan karakteristik kepribadian adalah contoh sifat-sifat yang disebut multifaktor.
Konsep Patofisiologis
Mutasi
Mutasi adalah kesalahan dalam sekuen DNA. Mutasi dapat terjadi secara spontan, atau setelah suatu sel terpajan radiasi, bahan kimia tertentu, atau berbagai virus.
Sebagian besar mutasi akan teridentifikasi dan diperbaiki oleh enzim-enzim yang bekerja didalam sel. Apabila tidak terdeteksi atau diperbaiki maka mutasi akan diwariskan kesemua sel anak. Mutasi pada gamet (sel telur/sperma) menyebabkan cacat kongenital pada keturunan.
Penyebab mutasi:
1. mutasi spontan
perubahan secara alamiah yang disebabkan:
 panas
 radiasi sinar kornis
 bantuan radio aktif
 sinar UV
 mikroorganisme
 kesalahan DNA dalam metabolisme
2. mutasi buatan
 penggunaan senjata nuklir
 pemakaian bahan kimia, fisika dan biologi
 penggunaan bahan radioaktif
 penggunaan roket, televisi,dll
Cacat Kongenital
Cacat atau defek kongenital, disebut juga cacat lahir, mencakup kesalahan genotif serta fenotif dalam embrio atau janin yang sedang tumbuh. Cacat genetik dapat terjadi stabil, kesalahan jumlah kromosom, atau gangguan-gangguan lingkungan.
Pemutusan Kromosom
Suatu kromosom dapat mengalami 3 peristiwa yaitu, pemutusan, bergabung secara tidak normal kekromosom lain, atau dapat lenyap seluruhnya. Hal ini dapat terjadi selama meiosis atau mitosis. Apabila terjadi selama mitosis, maka sel yang terkena biasanya mati. Apabila terjadi selama meiosis di sel telur/sperma, maka timbul cacat kongenital atau kematian pada embrio.
Kesalahan pada Jumlah Kromosom
Biasanya sel somatik memiliki 2n kromosom,tetapi banyak organisme mempunyai susunan kromosom yang jumlahnya lebih atau kurang dari normal.hal tersabut disebabkan penggandaannya tidak benar yang disebut aneusomi.
Contoh: normal = 2n
Monosomi = 2n-1
Nulisomi = 2n-2
Trisomi = 2n+1
Tetrasoni = 2n+2
Perubahan penggandaan dapat terjadi karena terjadinya anafase lag dan nondisjungsi.anafase lag adalah peristiwa tidak melekatnya kromatid pada gelendong sewaktu anafase meiosis 1.adapun nondisjungsi yaitu peristia gagal berpisahnya kromosom homolog pada waktu anafase dari meiosis II.
Cacat kongenital
No Nama penyakit Kelainan jumlah kromosom Ciri- ciri
1 Sindrom turner 2n-1 ( monosomi ) Wanita dengan perkembangan sex terhambat, payudara tidak tumbuh, bertubuh pendek,mandul
2 Sindrom klinefelter 2n+ 1 ( trisomi) Laki- laki dengan kecenderungan seperti wanita, payudara tumbuh, testis tidak tumbuh, dan mental terbelakang
3 Sindrom patau 2n+ 1 ( trisomi )
Pada autosom no. 13, 14, 15 Tanda kelainan jarang ditemukan karena pada umumya penderita mati setelah beberapa jam atau hari dilahirkan
4 Sindrom down 2n+ 1 ( trisomi )
Pada autosom no. 21 Tubuh pendek, terbelakang mental, mata sipit, lidah tebal
5 Sindrom edwards 2n+ 1 ( trisomi ) Wanita normal tetapi ciri- ciri sekunder wanita tidak berkembang, ada yang schizoprenia
Penyakit keturunan
Penyakit keturunan adalah penyakit akibat keabnormalan genetik yang diturunkan oleh orang tuanya. Penyakit menurun tidak menular,tidak dapat disembuhkan dan akan terus diwariskan pada keturunannya. penyakit menurun biasanya bersifat resesif sehingga baru muncul jika dalam keadaan homozigot . dalam keadaan heterozigot,fenotife penyakit tidak muncul karena tertutup oleh gen pasangannya yang dominan. Salah satu contoh kasus buta warna:
B=normal
b=buta warna
Misal wanita carier/pembawa menikah dengan laki-laki normal
XB Xb >< XBY
XB XB , XBY , XBXb , XbY
♀ normal , ♂normal , ♀carier , ♂buta warna
Persentase: 50% normal , 25% carier , 25% buta warna
PENYAKIT MENURUN
NO Nama penyakit Penyebab keterangan
1 Hemofili Tidak dapat memproduksi faktor pembeku darah Luka-luka kecil(lecet,memar) bisa menyebabkan kematian
2 Buta warna Tidak dapat menangkap panjang gelombang cahaya tertentu Buta warna parsial:tidak bisa membedakan biru-hijau,biru-merah dan merah-hijau
3 Albino Tidak adanya pigmen warna melanin Rentan terhadap kanker kulit dan tidak tahan sinar
4 Gangguan mental Kerusakan saraf karena kadar asam fenilpirufat di dalam darah terlalu tinggi
Mekanisme albino
kelainan kromosom dari induk
Tidak adanya gen melanin
Tidak diproduksinya enzim pembentuk melanin
Tidak adanya pigmen melanin
Albino
Mekanisme hemofili
Kelainan kromosom dari induk
Tidak adanya gen pembeku darah
Hemofili
ketika terjadi luka
darah banyak membanjiri luka
terjadi perdarahan hebat
darah banyak terbuang
beresiko kematian

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AKUT MIOKARD INFAK (AMI)

Definisi
Akut Miokard Infark adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan pada arteri koroner (Hudak & Galo ; 1997). Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyubat aliran darah ke jaringan otot jantung.
Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada ateri-arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut Plak ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri sehingga mepersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagian distal (Hudak & Gallo ; 1997).

Proses Terjadinya Infark
Thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner       suplai nutrisis dan O2
Kebagian distal terhambat        sel otot jantung bagian distal mengalami hipoksia        iskhemik      infark      serat otot menggunakan sisa akhir oksigen daqlam darah      hemoglobin menjadi teroduksi secara total danmenjadi berwarna biru gelap      dindingarteri menjadi permiable      edmatosa sel      sel mati

Mekanisme Nyeri Pada AMI :
Sumbatan arteri kororner oleh thrmbus       suplai aliran darah kebagian distal terhambat       hipoksia jaringan      energi sel otot       menggunakan metabolisme CO2 (metabolisme anaerob)       menghasilkan asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zat iritatif lainnya seperti: histamin, kinin, atau enzim proteolitk selular      merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot jantung       impuls nyeri dihantarkan melalui serat saraf aferen simpatis       thalamus       korteks serebri       serat saraf eferen       dipersepsikan nyeri.

Perangsang syaraf simpatis yang berlebihan akan menyebabkan:
1.   Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga menghasilkan frekuensi denyut jantung lebih dari normal       takhikardi
2. Merangsang kelenjar keringat       ekresi keringat yang berlebihan
3. Menekan kerja parasimpatis       gerakan peristaltic menurun       akumulasi caiaran disaluran pencernaan       regurgitasi       rasa penuh dilambung       merangsang pusat mual / muntah        
4. vasokontriksi pembuluh darah ferifer       alir balik darah vena ke atrium kanan meningkat       tekanan darang meningkat

Faktor Resiko Terjadinya AMI (menurut Framingharm’s)
  1. Hiperkolesterolemia > 275 mg/dl
  2. merokok sigaret > 20 batang/hari
  3. kegemukan >120% dari berat badan ideal
  4. hipertensi >160/90 mmHg
  5. gaya hidup monoton

Tanda dan Gejala yang timbul pada AMI
  1. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
  2. Takhikardi
  3. Keringat banyak sekali
  4. Kadang mual bahkan muntah
  5. Dispnea
  6. Pada pemeriksaan EKG
  1. Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
-  Elevasi yang curam dari segmen ST
-  Gelombang T yang tinggi dan lebar
-  VAT memanjang
-  Gelombang Q tampak
  1. Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
-  Gelombang Q patologis
-  Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
-  Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
  1. Fase resolusi (beberapa minggu /bulan kemudian)
-  Gelombang Q patologis tetap ada
-  Segmen ST mengkin sudah kembali iseolektris
-  Gelombang T mungkin sudah menjadi normal
  1. Pada pemeriksaan darah (enzim jantung : CK & LDH)
  1. Creatinin kinase (CK) meningkat pada 6-8 jam setelah awitan infark dan memuncak antara 24 & 28 jam pertama. Pada 2-4 hari setelah awitan AMI normal
  2. Dehidrogenase laktat (LDH) mulai tampak melihat pada serum setelah 24 jam pertama setelah awitan dan akan tinggi selama 7-10 hari.

Enzim
Meningkat
Puncak
Kembali normal
CK
3-8 jam
10-30 jam
2-3 hari
CK-MB
3-6 jam
10-24 jam
2-3 hari
CK-MB2
1-6 jam
4-8 jam
12-48 jam
LDH
14-24 jam
48-72 jam
7-14 hari
LDH1
14-24 jam
48-72 jam
7-14 hari

  



























12
Des
08

Asuhan Keperawatan KOLOSTOMI

ASUHAN KEPERAWATAN COLOSTOMY

Pengertian Colostomi

Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983).
Colostomi dapat berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal.
Colostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara.

Indikasi Colostomy

Indikasi colostomy yang permanen
Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada usus. Kondisi infeksi tertentu pada colon.

Komplikasi Colostomy

 Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.
Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat loop ilium
Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan
Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor Peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis.
lritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.
Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid biasanya normal.
Stenosis Stoma
Kontraktur lumen è terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase normal feses.
Hernia Paracolostomy
Pendarahan Stoma
Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar melalui celah
lnfeksi luka operasi
Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna
Sepsis dan kematian
Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan pasca bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai.

HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA PASIEN KOLOSTOMI

>Keadaan stoma :
Warna stoma (normal warna kemerahan)
Tanda2 perdarahan (perdarahan luka operasi)
Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese)
Posisi stoma
Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
Konsistensi, bau, warna feces
Apakah ada konstipasi / diare
Apakah feces tertampung dengan baik
Apakah pasien dapat mengurus feces sendiri
Apakah ada gangguan rasa nyeri :
Keluhan nyeri ada/tidak
Hal-hal yang menyebabkan nyeri
Kualitas nyeri
Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang)
Apakah pasien gelisah atau tidak
Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
Tidur nyenyak/tidak
Apakah stoma mengganggu tidur/tidak
Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur
Adakah faktor psikologis mempersulit tidur
Bagaimana konsep diri pasien Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri,harga diri,ideal diri,gambaran diri & peran
Apakah ada gangguan nutrisi :
Bagaimana nafsu makan klien
BB normal atau tidak
Bagaimana kebiasaan makan pasien
Makanan yang menyebabkan diarhe
Makanan yang menyebabkan konstipasi
Apakah pasien seorang yang terbuka ?
Maukah pasien mengungkapkan masalahnya
Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan
setelah tahu bag tubuhnya diangkat
Kaji kebutuhan klien akan kebutuhan seksual :
Tanyakan masalah kebutuhan seksual klien
Isteri/Suami memahami keadaan klien
Prioritas Perawatan Ditujukan Kepada:
Pengkajian mengenai penyesuaian psikologis
Pencegahan terhadap komplikasi
Pemberian dukungan untuk rnerawat diri sendiri
Menyediakan informasi

Kriteria Keberhasilan

Adanya perasaan penyesuaian yang aktual
Komplikasi dapat dicegah
Klien memenuhi kebutuhan sendiri
Adanya dukungan pelaksanaan pengobatan, mengetahui potensial terjadinya komplikasi
Dx. Keperawatan yg mungkin pada Colostomy
Potensial terjadinya gangguan eliminasi tinja (konstipasi atau diare) s.d kemungkinan diet yang tidak balans yang ditandai, dengan ….
Gangguan rasa nyaman nyeri s.d gangguan mekans kulit akibat tindakan operasi, ditandai dengan ….
Gangguan rasa nyaman s.d BAB yang tidak terkontrol, yang ditandai dengan ….
Gangguan istirahat dan tidur s.d adanya rasa takut pada keadaan stoma, ditandai dengan ….
Potensial gangguan nutrisi sehubungan dengan ketidaktahuan terhadap kebutuhan makanan
Gangguan konsep diri (gambaran diri, peran) s.d belum dapat beradaptasi dengan stoma dan perubahan anatomis, yang ditandai dengan ….
Potensial ggn integritas kulit s.d terkontaminasinya kulit dengan feces, ditandai dengan ….
Disfungsi seksualitas s.d perubahan struktur tubuh, yang ditandai dengan ….
Potensial terjadinya infeksi s.d adanya kontaminasi luka dengan feces, yang ditandai dengan ….
Cemas s.d takut terisolasi dari orang lain ….
Keterbatasan aktifitas s.d klien merasa takut untuk melakukan aktifitas karena stoma.

Tujuan dan Intervensi

Agar pasien dapat BAB dengan teratur :
Hindari makan makanan berefek laksatif
Hindari makan makanan yang menyebabkan konstipasi (makanan yang keras)
 Kolaborasi dengan ahli gizi masalah menu makanan
 Kontrol makanan yang dibawa dari rumah
 Berikan minum yang cukup (2-3 1t/hari)
 Pola makan yang teratur (3 kali sehari)
Agar rasa nyeri dapat berkurang :
Catat pemberian medikasi pada saat intra operatif
Evaluasi rasa nyeri dan karakteristiknya
Beri pengertian pada klien agar rasa nyeri diterima sebagai suatu yang wajar dlm batas tertentu
Berikan analgetik sebagai tindakan kolaborasi
Agar klien dapat tidur/istirahat yang cukup :
Jelaskan, stoma tidak akan terbuka pada saat tidur
Amati faktor lingkungan yang mempersulit tidur
Amati faktor psikologis yang mempersulit tidur
Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi :
Bekerja sama dengan ahli gizi untuk menu makanan
Berikan gizi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
Berikan motivasi agar tidak merasa takut menghabiskan makanannya
Agar tidak terjadi gangguan konsep diri :
Berikan dorongan semangat yang membesarkan hati
Hindari sikap asing pada keadaan penyakit pasien
Arahkan agar klien mampu merawat diri sendiri
Beri penjelasan agar klien dapat menerima keadaan dan beradaptasi terhadap stomanya
Hindarkan perilaku yang membuat pasien tersinggung (marah, jijik, dll)
Agar kebutuhan seksualitas dapat terpenuhi :
Beri penjelasan bahwa klien boleh melakukan hubungan seksual dengan wajar
Agar tidak terjadi gangguan integritas kulit :
Lakukan teknik perawatan baik (bersih)
Lindungi kulit dengan pelindung kulit (vaselin / skin barier) disekitar stoma
Letakan alas (kasa) yang dapat menyerap aliran feces
Untuk menghindari infeksi sekunder :
Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada stoma
Ajarkan klien tentang personal hygiene dan perawatan stoma
Untuk menghindari rasa cemas :
Berikan keyakinan bahwa klten mampu beradaptasi dengan lingkungan (masyarakat)
Agar klien tidak takut melakukan aktifitas
Berikan penjelasan masalah aktifitas yang tidak boleh dilakukan (olah raga sepak bola, lari)
Bila akan melakukan aktifitas kantong stoma diberi penyangga (ikat pinggang)

Evaluasi

Kebersihan stoma dan sekitarnya terjaga dengan baik :
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit
Stoma tidak mengalami penurunan
Klien dapat BAB dengan teratur dan lancar :
Frekuensi BAB teratur (1-2 kali sehari)
Pola BAB teratur
Tidak ada diare/konstipasi
Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi :
–>KIien dapat tidur tenang (6-8 jam sehari)
Tidak ada faktor lingkungan dan psikologis yang mempersulit tidur
Klien kelihatan segar (tidak mengantuk)
Rasa nyeri dapat diantisipasi oleh klien sendiri
a.Tidak ada keluhan rasa nyeri
b. Wajah tampak ceria
5. Nutrisi dapat terpenuhi
Klien mau menghabiskan makanan yang diberikan
Tidak ada penyulit makan
BB seimbang
Tidak terjadi gangguan integritas kulit :
Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit
(lecet)
Kebutuhan seksual terpenuhi
a. Isteri/Suami mau mengerti keadaan klien
b. Klien memahami dengan cara yang disarankan dalam melakukan hubungan seksual
8.lnfeksi tidak terjadi
Tidak ada tanda-tanda infeksi (rnerah, nyeri,
bengkak, panas)
9.Klien tidak cemas :
Klien terlihat tenang dan memahami keadaanya
10. Aktifitas klien tidak terganggu
Klien dapat melakukan aktifitas yang dianjurkan
PERAWATAN KOLOSTOMI (MENGGANTI KANTONG KOLOSTOMI)
Persiapan alat:
 Sarung tangan
 Handuk mandi
 Air hangat
 Sabun mandi
 Tissue
  –>Kantong colostomy
 Bengkok/plastik keresek untuk tempat sampah
 Kassa
 Vaselin
 Spidol
 Plastik untuk guide size (mengukur stoma)
 Gunting
Pelaksanaan
 Dekatkan alat-alat ke klien
 Pasang selimut mandi
 Dekatkan bengkok ke dekat klien
 Pasang sarung tangan
 Buka kantung lama
 Bersihkan stoma dan kulit sekitar stoma dengan sabun atau air hangat
 Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kassa
 Lindungi stoma dengan tissue atau kassa agar feces yang keluar lagi tidak mengotori kulit yang sudah dibersihkan
 Ukur stoma dengan guide size untuk memilih kantung stoma yang sesuai
 Pasang kantong stoma
 Pastikan kantong stoma merekat dengan baik dan tidak bocor
 Buka sarung tangan
 Bereskan alat-alat
 Cuci tangan
(taken From MATkul KMB – AAB BAndung)
12
Des
08

ANALISA GAS DARAH ARTERI (Artery Blood Gases Analysis : ABGs)

Analisa gas darah arteri berguna untuk mengkaji status oksigenasi klien (tekanan oksigen arterial [PaO2]), ventilasi alveolar (tekanan karbondioksida arterial [PaCO2]), dan juga untuk menilai keseimbangan asam basa. Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan penatalaksanaan oksigenasi klien, therapy oksigen, dan untuk mengevaluasi respon tubuh klien terhadap tindakan dan therapy misalnya pada saat klien menjalani weaning dari penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil digunakan untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai yang diperoleh mereflekasikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.
ALAT YANG DIPERLUKAN :
Spuit 2 cc + 0,1 cc heparin
Kapas alcohol dan kassa steril
Tutup jarum dari karet
Kain pengalas
Tempat berisi es batu
Formulir permintaan
PELAKSANAAN
A Tentukan tempat yang akan dilakukan penusukan.
A Siapkan spuit yang telah diisi heparin 0,1 cc heparin (pengisian dilakukan dengan menghisap 2 cc heparin, kemudian keluarkan kembali dan sisakan sebanyak 0,1 cc dalam spuit).
A Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas alkohol.
A Tusukkan jarum (450 untuk arteri radialis, 900 untuk arteri femoralis), ketika jarum mengenai arteri, tidak diperlukan aspirasi karena darah akan keluar dengan sendirinya.
A Setelah sampel darah cukup, cabut jarum dan lakukan penekanan pada tempat penusukan. Penekanan dilakukan selama 5 menit untuk arteri radialis dan 10 menit untuk arteri femoralis.
A Segera setelah dicabut, cek kemungkinan adanya udara yang terperangkap dalam spuit, bila ada cepat keluarkan. Putar-putar spuit diantara kedua telapak tangan agar tercampur merata dengan heparin.
A Segera jarum ditutup dengan menggunakan tutup yang terbuat dari karet, simpan sampel darah pada tempat yang diisi es batu dan segera kirimkan ke laboratorium.
A Formulir pengiriman harus lengkap, jangan lupa mencantumkan suhu tubuh klien saat pengambilan sampel darah.
PEMERIKSAAN
§ pH darah arteri 7,35 – 7,45
§ PaO2 80 – 100 mmHg
§ PaCO2 35 – 45 mmHg
§ HCO3- 22 – 26 mEq/l
§ Base Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
§ O2 Saturasi 90 – 100 %
INTERPRETASI
  1. Hipoksia
· Ringan PaO2 50 – 80 mmHg
· Sedang PaO2 30 – 50 mmHg
· Berat PaO2 20 – 30 mmHg
  1. Hiperkapnia
· Ringan PaCO2 45 – 60 mmHg
· Sedang PaCO2 60 – 70 mmHg
· Berat PaCO2 70 – 80 mmHg
(taken from Matkul-AAB Bandung)
12
Des
08

ECG (ElektroCardioGram)

ECG (ElektroCardioGram)
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik hasil catatan potensial listrik yang dihasilkan oleh denyut jantung untuk membantu dokter dalam menentukan diagnosis atau Merupakan suatu proses untuk merekam aktifitas listrik jantung pada kertas grafik yang bergerak.
Rekaman ini dibuat dengan alat elektrokardiograph Elektrokardiograph adalah suatu instrumen yang digunakan dalam merekan aktifitas listrik jantung, dimana pemasangannya di lakukan di dada.
Rekaman EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya :
1. Hipertrofi atria dan ventrikel
2. Infark miokard
3. Aritmia
4. Perikarditis
5. Efek obat – obatan khususnya digitalis
6. Gangguan elektrolit
7. Beberapa penyakit sistemik seperti hipertiroid
Perawatan pasien kardiovaskular
Pemasangan EKG pada pasien dengan penyakit jantung, perlu kita perhatikan hal sebagai berikut :
- Perhatikan respon pasien, lihat dan ukur tingkat kecemasannya.
- Tirah baring (pada pasien angina) utk minimalkan nyeri, lakukan dan pantau sampai nyeri hilang.
- Pemenuhan kebutuhan oksigen yang maksimal, dengan menyediakan oksigen bagi pasien untuk memaksimalkan oksigen ke dalam jaringan.
Mesin EKG
Mesin EKG terdiri dari komponen segai berikut, yaitu :
a. Empat sadapan ekstremitas
Lengan kanan (Merah), Lengan kiri (Kuning), Tungkai kanan (Hijau) serta tungkai kiri (Hitam)
b. Satu sadapan dada
Enam elektrode berpenghisap dan berperekat.
c. Gel Elektrode
Hal-hal yang harus diperhatikan saat memasang EKG
- Mesin standar 12 sadapan dapat melakukan EKG secara langsung, sehingga sambung semua sadapan ekstremitas dan dada sebelum melaksanakan pengukuran. Tetapi biasanya diruangan, dipakai mesin yang satu saluran, ukur dulu sadapan ekstremitas lalu sadapan dada satu persatu.
- Sadapan ekstremitas biasanya berlabel, apabila tidak sesuaikan dengan kode warna yang ada.Sambung sadapan ekstremitas dengan tangan serta kaki pasien. Diusakan daerah yang tidak berambut. Yaitu didaerajh pergelangan tangan dan kaki.
- Setelah terpasang dengan benar, pastikan mesin terkalibrasi dengan baik. Dengan mempertahankan tombol pada angka 0. Ketinggian rekaman awal harus 10 kotak kecil.
Elektrofisiologi Otot Jantung
Muatan listrik sel otot jantung sehat dalam keadaan istirahat – depolarisasi – repolarisasi
Keadaan sel otot
Muatan listrik
Di luar sel
Di dalam sel
Istirahat / repolarisasi
Positif
Negative
Depolarisasi
negatif
positif
- Fase depolarisasi yaitu bagian yang terjadi akibat penyebaran rangsangan. Pada EKG akan nampak gelombang defleksi penuh
- Fase repolarisasi yaitu bagian yang terjadi bila sel otot kembali ke keadaan istirahat. Pada EKG akan nampak gambaran isoelektris dan atau sedikit gelombang defleksi
Arah defleksi ditentukan oleh :
  1. Arah penyebaran impuls depolarisasi
  2. Letak elektroda
Arah impuls
Arah defleksi
Menuju elektroda (+)
Ke atas (+)
Menjauhi elektroda (-)
Ke bawah (-)
Menuju kemudian menjauhi elektroda
Bifasik
Ukuran – ukuran Dalam Kertas EKG
Pada kertas EKG terdapat kotak – kotak dalam ukuran millimeter (mm), dimana :
- 1 kotak kecil = 1 mm x 1 mm
- 1 kotak sedang = 5 mm x 5 mm
- Pada setiap 5 kotak sedang terdapat 1 garis tanda menunjukan panjang kertas EKG yaitu 5 x 5 mm = 25 mm
Pada rekaman EKG baku telah ditetapkan bahwa:
a. Kecepatan rekaman : 25 mm/detik
b. Kekuatan voltage : 1 milivolt (mV) = 10 mm
Jadi ini berarti ukuran di kertas EKG :
a. Pada garis horizontal
· Tiap 1 mm = 1/25 detik = 0,04 detik
· Tiap 5 mm = 5/25 detik = 0,20 detik
· Tiap 25 mm = 1,00 detik
b. Pada garis vertikal
· 1 mm = 0,10 mV
· 10 mm = 1,00 mV
SANDAPAN EKG (ECG LEADS)
Untuk rekaman rutin terdapat 12 sandapan, yaitu :
a. 3 buah bipolar standard lead (I, II dan III)
b. 3 buah unipolar limb lead (aVR, aVL, dan aVF)
c. 6 buah unipolar chest lead (V1 s.d V6)
Sandapan baku bipolar
(Bipolar standard lead Einthoven)
· Sandapan I
Menggambarkan perbedaan potensial antara lengan kanan (RA) dan lengan kiri (LA), dimana LA bermuatan lebih positif dari RA
· Sandapan II
Menggambarkan perbedaan potensial antara lengan kanan dan tungkai kiri (LL), dimana LL bermuatan lebih positif dari RA
· Sandapan III
Menggambarkan perbedaan potensial antara lengan kiri dan tungkai kiri, dimana LL bermuatan lebih positif dari LA
Sandapan ekstremitas unipolar
(Unipolar limb lead Wilson)
Sandapan ekstremitas unipolar adalah rekaman perbedaan potensial antara lengan kanan, lengan kiri atau tungkai kiri terhadap elektroda indifferen yang potensial nol, jadi sebenarnya adalah rekaman potensial dari bagian-bagian tubuh tersebut.
· Sandapan aVR
Sandapan unipolar lengan kanan yang diperkuat (augmented)
· Sandapan aVL
Sandapan unipolar lengan kiri yang diperkuat (augmented)
· Sandapan aVF
Sandapan unipolar tungkai kiri yang diperkuat (augmented)
Sandapan dada unipolar
(unipolar chest lead = V Lead)
Adalah rekaman potensial dari satu titik di permukaan dada.
· Sandapan V1
Di intercosta ke-4 garis sternal kanan
· Sandapan V2
Intercosta ke-4 garis sternal kiri
· Sandapan V3
Antara V2 dan V4
· Sandapan V4
Intercosta ke-5 garis midclavikula kiri
· Sandapan V5
Intercosta ke-5 garis aksilaris anterior kiri
· Sandapan V6
Intercosta ke-5 garis midaksilaris kiri
GAMBARAN EKG NORMAL
Gambaran rekaman EKG normal yaitu pada tiap lead menggambarkan gelombang P, QRS, dan T yang sesuai dengan ukuran fisiologis.
Gelombang P
Gelombang P menggambarkan aktivitas depolarisasi atria.
Arah gelombang P normal selalu positif di sandapan II dan selalu negatif di sandapan aVR
Nilai – nilai normal :
· Lebar kurang dari 3 mm (2,5 mm)
· Tinggi kurang dari 3 mm (0,11 detik)
Kepentingan :
1. Menandakan adanya aktivitas atria
2. Menunjukkan arah aktivitas atria
3. Menunjukkan tanda-tanda hipertrofi
Catatan :
Karena arah impuls gelombang P adalah sejajar dengan sumbu sandapan II dan karena elektrode V1 terletak paling dekat dengan atrium kanan, maka gelombang P dan perubahan-perubahannya paling jelas terlihat di sandapan II dan V1
Gelombang Ta
Gelombang Ta menggambarkan proses repolarisasi atria, gelombang ini biasanya tidak tampak karena terlalu kecil dan tertutup oleh kompleks QRS
Kompleks QRS
Menggambarkan seluruh fase depolarisasi ventrikel
Gelombang Q
Gelombang Q adalah defleksi ke bawah yang pertama dari kompleks QRS yang menggambarkan awal dari fase depolarisasi ventrikel.
Ciri-ciri gelombang Q :
a. Lebar kurang dari 0,04 detik (1 mm)
b. Dalamnya kurang dari 25% amplitudo gelombang R
Gelombang Q juga dapat menggambarkan adanya nekrosis miokard (Infark Miokard)
Gelombang R
Defleksi positif pertama dari kompleks QRS yg menggambarkan fase depolarisasi ventrikel.
Prosedur Pemasangan EKG
Persiapan Pasien
- Beri penjelasan mengenai tindakan dan tujuan tindakan
- Atur posisi pasien terlentang,
- Anjurkan pasien untuk tidak melakukan gerakan selama pemeriksaan berlangsung
- Pertahankan privasi pasien
Peralatan
- Alat EKG
- Kassa/tissue
- EKG jelli
- Bengkok
Pelaksanaan
1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2. Buka dan longgarkan pakaian atas pasien
3. Bila pasien menggunakan asesoris logam, lepaskan
4. Bersihkan daerah dada, pergelangan kedua tangan dan kedua kaki dengan kapas alkohol
5. Lalu oleskan jellly
6. Pasang manset elektroda pada kedua lengan dan kaki
7. Sambung kabel merah dilengan kanan, kuning dilengan kiri, hijau dikaki kiri & hitam dikaki kanan.
8. Pasang elektroda dada untuk merekam precordial lead dengan cara :
- V1 pada ICS 4 pada garis sternum kanan
- V2 pada ICS 4 pada garis sternum kiri
- V3 pertengahan V2 dan V4
- V4 pada ICS 5 pada midklavikula kiri
- V5 pada ICS 5 aksila sebelah kiri depan
- V6 pada ICS 5 mid aksila
9. Nyalakan mesin EKG
10. Buat rekaman secara berurutan sesuai pemilihan lead
11. Bersihkan kembali bekas alat pemasangan elektroda dengan kassa atau tissue.
12. Buat identitas pasien pada hasil rekaman, t.a : nama, umur, medrek, tanggal, jam pemeriksaan
13. Alat-alat dibersihkan kembali
14. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
Dokumentasi
Buat identitas pasien pada hasil rekaman, meliputi nama, umur, medrek, tanggal, jam pemeriksaan pada hasil EKG pasien.

Tidak ada komentar: