Askeb Patologis
Yang mau download Askeb Patologis Silahkan klik link dibawah ini :
1. Gastro Enteritis http://www.ziddu.com/download/2969966/GastroEntritis.doc.html
2. Anemia Ringan http://www.ziddu.com/download/2969925/AnemiaRingan.doc.html
3. Asfiksia Ringan http://www.ziddu.com/download/2969927/AsfiksiaRingan.doc.html
4. Bendungan ASI http://www.ziddu.com/download/2969923/BendunganAsi.doc.html
5. Distosia Bahu http://www.ziddu.com/download/2969924/DistosiaBahu.doc.html
6. Implan http://www.ziddu.com/download/2969964/Implan.doc.html
7. ISPA http://www.ziddu.com/download/2969968/ISPA.doc.html
8. Mastitis http://www.ziddu.com/download/2969983/Mastitis.doc.html
9. Presentasi Bokong http://www.ziddu.com/download/2969984/PresentasiBokong.doc.html
10. KB Suntik http://www.ziddu.com/download/2969965/KBSuntik.doc.html
11. Asfiksia Sedang http://www.ziddu.com/download/2969926/AsfiksiaSedang.doc.html
12. Hiperemesis Gravidarum http://www.ziddu.com/download/2969967/HiperemesisGravidarum.doc.html
1. Gastro Enteritis http://www.ziddu.com/download/2969966/GastroEntritis.doc.html
2. Anemia Ringan http://www.ziddu.com/download/2969925/AnemiaRingan.doc.html
3. Asfiksia Ringan http://www.ziddu.com/download/2969927/AsfiksiaRingan.doc.html
4. Bendungan ASI http://www.ziddu.com/download/2969923/BendunganAsi.doc.html
5. Distosia Bahu http://www.ziddu.com/download/2969924/DistosiaBahu.doc.html
6. Implan http://www.ziddu.com/download/2969964/Implan.doc.html
7. ISPA http://www.ziddu.com/download/2969968/ISPA.doc.html
8. Mastitis http://www.ziddu.com/download/2969983/Mastitis.doc.html
9. Presentasi Bokong http://www.ziddu.com/download/2969984/PresentasiBokong.doc.html
10. KB Suntik http://www.ziddu.com/download/2969965/KBSuntik.doc.html
11. Asfiksia Sedang http://www.ziddu.com/download/2969926/AsfiksiaSedang.doc.html
12. Hiperemesis Gravidarum http://www.ziddu.com/download/2969967/HiperemesisGravidarum.doc.html
Premature Baby dengan Low Birth Weight Baby
A. Definisi
Pada tahun 1961 WHO telah mengganti istilah Premature Baby dengan Low Birth Weight Baby (Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi premature). Keadaan ini dapat disebabkan oleh :
1. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu berat yang sesuai masa kehamilan dihitung dari HPHT yang teratur.
2. Bayi Small for Gestational Age (SGA) bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilan (kecil untuk masa kehamilannya : KMK)
3. Kedua-duanya
WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok :
- Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap (<285 hari)
- Term : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap
(259-293 hari)
- Post term : 42 minggu lengkap/lebih (294 hari)
Ciri dan masalah kedua bentuk BBLR (SMK dan KMK) ini berbeda-beda. Oleh karena itu perlu diketahui umur kehamilan dengan mengetahui HPHT, bunyi jantung pertama yang dapat didengar (kehamilan 18-22 minggu), fetal quickening (kehamilan 16-18 minggu), tinggi fundus, dan fetal ultra sound, diameter biparietal/ diduga bila KMK ratio lingkar kepala terhadap lingkaran perut harus dinilai.
(Ilmu kebidanan, YPB Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999 hlm 772)
B. Bayi Premature (SMK)
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya, dengan pengelolaan yang optimal dan dengan cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang canggih, beberapa gagguan yang berhubungan dengan prematuritasnya dapat diatasi, dengan demikian gejala yang mungkin diderita dikemudian hari dapat dicegah dan dikurangi. Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya kelahiran prematu.
1. Faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/kronis lainya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 36 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain.
2. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4. Tidak diketahui
(Ilmu Kebidanan, YPB Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999 hlm 776)
Problematika Bayi Prematur
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi prematur. Oleh sebab itu, ia lebih banyak mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilan makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya pun akan berkurang, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka kematian, dalam hubungan ini sebagian besar perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat tubuh baik anatomik maupun fisiologik maka :
- Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak dibawah kulit.
- Gangguan pernafasan yang sering mengakibatkan penyakit berat pada BBLR.
- Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi.
- Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G Gama Globulin
(Ilmu kebidanan, YPB Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999 hlm 776)
Gambaran Klinik
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung tuanya kehamilan. Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, umur kehamilan kurang dari 31 minggu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak subkutan berkurang, sering tampak peristaltik usus, tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnue. Reflek tonik leher lemak dari reflek moro positif. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan.
(Ilmu kebidanan, YPB Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999 hlm 777)
Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan :
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermi bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 360C – 370C adalah dengan memakai alat persprekheat shield yang diselimuti pada bayi didalam inkubator.
b. Makanan bayi
Makanan bayi prematur, reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang. Disamping itu kebutuhan protein 3-5 gr/hari dan tinggi kalor (110 kg/kal/hari). Agar berat badan bertambah bertambah sebanyak-banyaknya. Oleh karena mudahnya terjadi regurgitasi dan peneumonia aspirasi pada BBLR, maka hal-hal dibawah ini harus diperhatikan pada pemberian minum bayi tersebut.
1. Bayi diletakkan pada posisi kanan dan membantu mengosongkan lambung atau dalam posisi setengah duduk dipangkuan perawat atau tidur tengkurap
2. Sebelum susu diberikan untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit-sedikit dengan perlahan dan hati-hati. Penambhan susu tiap kali minum tidak boleh lebih dari 5 ml tiap kali.
3. Sesudah minum bayi didudukan atau diletakkan di atas pundak selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara di lambung dan kemudian di tidurkan pad sisi kanan atau tidur dalam posisi tengkurap.
4. Bila bayi biru atau mengalami kesukaran bernafas pad waktu minum, kepala bayi harus segera direndahkan 300, cairan di mulut dan faring dihisap.
c. Bayi Prematur
Mudah sekali diserang infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang. Relatif belum sanggp membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik.
Tindakan aseptic dan antiseptic harus digalakkan, baik dirawat gabung ataupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi ilah infeksi silang melalui para medis dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah penularan infeksi pada bayi dilakukan :
1. Diadakan pemisahan antara bayi terinfeksi dan tidak,
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi,
3. Membersihkan tempat tidur bayi segera jika sudah tidak terpakai lagi,
4. Mmembersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu,
5. Setiap bayi mempunyai perlangkapan sendiri,
6. Memandikan bayi,
7. Setiap petugas memakai pakaian yang telah disediakan,
8. Petugas yang memiliki penyakit menular dilarang merawat bayi.
9. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan
10. Para pengunjung melihat bayi di belakang kaca.
C. Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan
Istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Setiap bayi baru lahir (prematur, matur, post matur) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasi (Ilmu Kebidanan, YBP Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, Hal 778-782).
Etiologi
Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita diabetes mellitus yang berat, toksemia, hipoksia ibu (tinggal di derah pegunungan. penyakit paru kronik), gizi buruk, peminum alkohol.
Faktor uterus dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, insersi tali pusat, yang tidak normal, uterus bikornis, transfusi dari kembar satu ke kembar yang lain, sebagian plasenta lepas.
Faktor janin : Ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan (TO12 + CH).
Faktor lain : Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui.
(Ilmu Kebidanan, YBP Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, Hal 778-782).
Problematik bayi KMK
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa okstasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Dengan kode lain alat dalam tubuhnya sudah bertumbuh lebih baik bila disbanding dengan bayi prematur dengan berat badan yang sama.
Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotorak, ini disebabkan distress yang dialami bayi pada masa persalinan.
Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bagi KMK mempunyai hemoglobin yang tinggi yang disebabkan oleh hypoxia kronik dalam uterus.
Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat.
Keadaan lain yang dapat terjadi : asfiksia sedang sampai berat, perdarahan, panas badan tinggi, cacat bawaan yang mematikan (Ilmu Kebidanan, YBP Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, Hal 782).
Penatalaksanaan
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatorum umumnya, seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi, dan lain - lain, akan tetapi karena bayi ini mempunyai problematik yang agak berbeda dengan bayi lainya maka harus diperhatikan hal - hal berikut ini :
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi.
2. Pemeriksa kadar gula darah dengan dextrastix atau di laboratorium. Bila terbukti adanva hipoglikemia harus segera diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
5. Melakukan tracheal - washing pada bayi yang diduga akan menderita asprirasi mekonium.
Prognosis
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari beratnya masalah perinatal misalnya masa gestasi, asfiksia, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, displasia, bronkopulmonal, infeksi, gangguan metabolik.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada kehamilan, persalinan, dan post natal (Wiknjosastro, 2002. Hal : 783).
Pada tahun 1961 WHO telah mengganti istilah Premature Baby dengan Low Birth Weight Baby (Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi premature). Keadaan ini dapat disebabkan oleh :
1. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu berat yang sesuai masa kehamilan dihitung dari HPHT yang teratur.
2. Bayi Small for Gestational Age (SGA) bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilan (kecil untuk masa kehamilannya : KMK)
3. Kedua-duanya
WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok :
- Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap (<285 hari)
- Term : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap
(259-293 hari)
- Post term : 42 minggu lengkap/lebih (294 hari)
Ciri dan masalah kedua bentuk BBLR (SMK dan KMK) ini berbeda-beda. Oleh karena itu perlu diketahui umur kehamilan dengan mengetahui HPHT, bunyi jantung pertama yang dapat didengar (kehamilan 18-22 minggu), fetal quickening (kehamilan 16-18 minggu), tinggi fundus, dan fetal ultra sound, diameter biparietal/ diduga bila KMK ratio lingkar kepala terhadap lingkaran perut harus dinilai.
(Ilmu kebidanan, YPB Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999 hlm 772)
B. Bayi Premature (SMK)
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya, dengan pengelolaan yang optimal dan dengan cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang canggih, beberapa gagguan yang berhubungan dengan prematuritasnya dapat diatasi, dengan demikian gejala yang mungkin diderita dikemudian hari dapat dicegah dan dikurangi. Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya kelahiran prematu.
1. Faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/kronis lainya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 36 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain.
2. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4. Tidak diketahui
(Ilmu Kebidanan, YPB Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999 hlm 776)
Problematika Bayi Prematur
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi prematur. Oleh sebab itu, ia lebih banyak mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilan makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya pun akan berkurang, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka kematian, dalam hubungan ini sebagian besar perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat tubuh baik anatomik maupun fisiologik maka :
- Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak dibawah kulit.
- Gangguan pernafasan yang sering mengakibatkan penyakit berat pada BBLR.
- Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi.
- Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G Gama Globulin
(Ilmu kebidanan, YPB Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999 hlm 776)
Gambaran Klinik
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung tuanya kehamilan. Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, umur kehamilan kurang dari 31 minggu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak subkutan berkurang, sering tampak peristaltik usus, tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnue. Reflek tonik leher lemak dari reflek moro positif. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan.
(Ilmu kebidanan, YPB Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999 hlm 777)
Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan :
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermi bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 360C – 370C adalah dengan memakai alat persprekheat shield yang diselimuti pada bayi didalam inkubator.
b. Makanan bayi
Makanan bayi prematur, reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang. Disamping itu kebutuhan protein 3-5 gr/hari dan tinggi kalor (110 kg/kal/hari). Agar berat badan bertambah bertambah sebanyak-banyaknya. Oleh karena mudahnya terjadi regurgitasi dan peneumonia aspirasi pada BBLR, maka hal-hal dibawah ini harus diperhatikan pada pemberian minum bayi tersebut.
1. Bayi diletakkan pada posisi kanan dan membantu mengosongkan lambung atau dalam posisi setengah duduk dipangkuan perawat atau tidur tengkurap
2. Sebelum susu diberikan untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit-sedikit dengan perlahan dan hati-hati. Penambhan susu tiap kali minum tidak boleh lebih dari 5 ml tiap kali.
3. Sesudah minum bayi didudukan atau diletakkan di atas pundak selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara di lambung dan kemudian di tidurkan pad sisi kanan atau tidur dalam posisi tengkurap.
4. Bila bayi biru atau mengalami kesukaran bernafas pad waktu minum, kepala bayi harus segera direndahkan 300, cairan di mulut dan faring dihisap.
c. Bayi Prematur
Mudah sekali diserang infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang. Relatif belum sanggp membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik.
Tindakan aseptic dan antiseptic harus digalakkan, baik dirawat gabung ataupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi ilah infeksi silang melalui para medis dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah penularan infeksi pada bayi dilakukan :
1. Diadakan pemisahan antara bayi terinfeksi dan tidak,
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi,
3. Membersihkan tempat tidur bayi segera jika sudah tidak terpakai lagi,
4. Mmembersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu,
5. Setiap bayi mempunyai perlangkapan sendiri,
6. Memandikan bayi,
7. Setiap petugas memakai pakaian yang telah disediakan,
8. Petugas yang memiliki penyakit menular dilarang merawat bayi.
9. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan
10. Para pengunjung melihat bayi di belakang kaca.
C. Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan
Istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Setiap bayi baru lahir (prematur, matur, post matur) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasi (Ilmu Kebidanan, YBP Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, Hal 778-782).
Etiologi
Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita diabetes mellitus yang berat, toksemia, hipoksia ibu (tinggal di derah pegunungan. penyakit paru kronik), gizi buruk, peminum alkohol.
Faktor uterus dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, insersi tali pusat, yang tidak normal, uterus bikornis, transfusi dari kembar satu ke kembar yang lain, sebagian plasenta lepas.
Faktor janin : Ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan (TO12 + CH).
Faktor lain : Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui.
(Ilmu Kebidanan, YBP Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, Hal 778-782).
Problematik bayi KMK
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa okstasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Dengan kode lain alat dalam tubuhnya sudah bertumbuh lebih baik bila disbanding dengan bayi prematur dengan berat badan yang sama.
Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotorak, ini disebabkan distress yang dialami bayi pada masa persalinan.
Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bagi KMK mempunyai hemoglobin yang tinggi yang disebabkan oleh hypoxia kronik dalam uterus.
Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat.
Keadaan lain yang dapat terjadi : asfiksia sedang sampai berat, perdarahan, panas badan tinggi, cacat bawaan yang mematikan (Ilmu Kebidanan, YBP Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, Hal 782).
Penatalaksanaan
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatorum umumnya, seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi, dan lain - lain, akan tetapi karena bayi ini mempunyai problematik yang agak berbeda dengan bayi lainya maka harus diperhatikan hal - hal berikut ini :
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi.
2. Pemeriksa kadar gula darah dengan dextrastix atau di laboratorium. Bila terbukti adanva hipoglikemia harus segera diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
5. Melakukan tracheal - washing pada bayi yang diduga akan menderita asprirasi mekonium.
Prognosis
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari beratnya masalah perinatal misalnya masa gestasi, asfiksia, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, displasia, bronkopulmonal, infeksi, gangguan metabolik.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada kehamilan, persalinan, dan post natal (Wiknjosastro, 2002. Hal : 783).
INTRA UTERINE GROWTH RETARDATION (IUGR) / KMK
Banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini
menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (IUGR) seperti
Pseudopremature, Small for Dates, dysmature, Fetal Malnutrition
Syndrome, Chronic Fetal Distress, IUGR dan Small for Gestational Age
(SGA). Batasan yang diajukan oleh Lubchenco (1963) adalah bahwa setiap
bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10th
percentile oleh masa kehamilan pada Denver Intra uterine Growth Curves
adalah bayi SGA. Gambaran kliniknya tergantung daripada lamanya,
intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi
tersebut.
Ada dua betuk IUGR menurut Renfield (1975), yaitu :
1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-mingu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya wasted oleh karena retardasi pada janin ini terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
2. Dispropotionate IUGR
Terjadi akibat distress. Gangguan yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
Etiologi
1. Faktor Ibu
Hipertensi dan penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita DM yang berat, toksemia, hipoksia ibu, gizi buruk, drug abuse, peminum alkohol.
2. Faktor Uterus dan Plasenta
Kelainan pembuluh darah, insersi tali pusat yang abnormal, uterus infark plasenta, transfusi dari kembar satu ke kembar lain, sebagian plasenta lepas.
3. Faktor Janin
Ganda, kelainan kromosom, cacat bawaaan, infeksi dalam kandungan
4. Penyebab lain
Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui.
Problematik Bayi IUGR
Bayi IUGR harus diwaspadai akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditanggulangi dengan baik.
1. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks
2. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi IUGR mempunyai HB yang tinggi mungkin karena hipoksia kronik di dalam uterus.
3. Hipoglikemi terutama bila pemberian minum terlambat.
4. keadaan ini yang mungkin terjadi : asfiksia, perdarahan paru yang masif, hipotermi, cacat bawaan akibat kelainan kromosom dan infeksi intrauterin.
Penatalaksanaan
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, tetapi karena bayi ini mempunyai problem yang agak berbeda maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin.
2. Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostix jika hipoglikemi harus segera diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibanding dengan bayi SMK
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.
Prognosis
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi, asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pencernaan dll. Juga tergantung pada sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat hamil, persalinan dan postnatal.
Pengamatan Langsung
Bila bayi ini dapat mengatasi problem yang dideritanya, maka perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor SSP dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus, cerebral palsy dan sebagainya.
Ada dua betuk IUGR menurut Renfield (1975), yaitu :
1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-mingu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya wasted oleh karena retardasi pada janin ini terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
2. Dispropotionate IUGR
Terjadi akibat distress. Gangguan yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
Etiologi
1. Faktor Ibu
Hipertensi dan penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita DM yang berat, toksemia, hipoksia ibu, gizi buruk, drug abuse, peminum alkohol.
2. Faktor Uterus dan Plasenta
Kelainan pembuluh darah, insersi tali pusat yang abnormal, uterus infark plasenta, transfusi dari kembar satu ke kembar lain, sebagian plasenta lepas.
3. Faktor Janin
Ganda, kelainan kromosom, cacat bawaaan, infeksi dalam kandungan
4. Penyebab lain
Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui.
Problematik Bayi IUGR
Bayi IUGR harus diwaspadai akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditanggulangi dengan baik.
1. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks
2. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi IUGR mempunyai HB yang tinggi mungkin karena hipoksia kronik di dalam uterus.
3. Hipoglikemi terutama bila pemberian minum terlambat.
4. keadaan ini yang mungkin terjadi : asfiksia, perdarahan paru yang masif, hipotermi, cacat bawaan akibat kelainan kromosom dan infeksi intrauterin.
Penatalaksanaan
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, tetapi karena bayi ini mempunyai problem yang agak berbeda maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin.
2. Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostix jika hipoglikemi harus segera diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibanding dengan bayi SMK
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.
Prognosis
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi, asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pencernaan dll. Juga tergantung pada sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat hamil, persalinan dan postnatal.
Pengamatan Langsung
Bila bayi ini dapat mengatasi problem yang dideritanya, maka perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor SSP dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus, cerebral palsy dan sebagainya.
INFEKSI POST PARTUM
Perdarahan karena trauma kelahiran dan setelah melahirkan membuat wanita
lebih mudah terserang infeksi yang disebabkan oleh bakteri non
nemolitik Streptococcus, Escherichia coli dan sejenis Staphylococcus.
1. Tergantung lokasi dan kehebatan luka infeksinya
2. Biasanya disertai demam, rasa sakit, bengkak
3. Temperatur lebih dari atau sama dengan 100,40F (380C) 24 jam pertama setelah kelahiran / lebih.
Indikasi demam saat setelah melahirkan
Perawatanya :
1. Memantau
2. Kebiasaan dan rangsangan
3. Memberikan antibiotik dan analgetik
4. Menjamin kenyaman; menganjurkan istirahat
5. Menggunakan tindakan pencegahan umum
6. Memulihkan tenaga dan memberikan diet tinggi kalori
7. Memberitahukan keluarga tentang keadaan ibu dan kemajuan kelahiran
8. Lebih meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi sesering mungkin
9. Diakhiri dengan rencana dan persiapan peralatan.
Endometritis
Mikororganisme yang menyerang plasenta dan mungkin penyebarannya ke seluruh endometrium
Gejala :
1. Demam
2. Suhu tingi
3. Tidak nafsu makan
4. Malas
5. Uterus yang buruk
6. Lokea berbau busuk
7. Kram Uterin
Terapi :
1. Memberikan antibiotik dan analgetik
2. Menganjurkan posisi fowler
3. Memulihkan tenaga
4. Menggunakan tindakan pencegahan umum
Pelvic Cellulitis / Parametritis
Penyebarann mikroorganisme melalui sistem limfe dan melewati jaringan disekeliling uterus
Gejala :
1. Demam
2. Suhu tinggi
3. Sakit perut bagian bawah
4. Kelunakan hati
Terapi :
1. Memberikan antibiotik dan analgetik
2. Menganjurkan istirahat
3. Pemulihan tenaga
Infeksi Perineum
Trauma pada perineum membuat wanita mudah terserang infeksi
Gejala :
1. Sakit lokal
2. Demam
3. Nyeri hebat
4. Kemerahan
5. Pengeringan seropurulent
Terapi :
1. Memberikan antibiotik dan analgetik
2. Menganjurkan mandi air panan / dingin
3. Menggunakan tindakan pencegahan umum
Perawatan Perineum
Mengajarkan Kesehatan
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah merubah masing-masing pengalas, setelah buang air / BAB.
2. Perawatan Perineum-mengusap dari depan ke belakang dengan bersih, dengan air hangat/sejuk/dingin, pencegahan dengan antiseptik dan tidak memisahkan labia.
3. Memelihara kebersihan dari pengalas/pembalut
4. Menghindari menggunakan tampon sampai permulaan siklus haid lagi.
5. Evaluasi/Hasil Kriteria.
1. Tergantung lokasi dan kehebatan luka infeksinya
2. Biasanya disertai demam, rasa sakit, bengkak
3. Temperatur lebih dari atau sama dengan 100,40F (380C) 24 jam pertama setelah kelahiran / lebih.
Indikasi demam saat setelah melahirkan
Perawatanya :
1. Memantau
2. Kebiasaan dan rangsangan
3. Memberikan antibiotik dan analgetik
4. Menjamin kenyaman; menganjurkan istirahat
5. Menggunakan tindakan pencegahan umum
6. Memulihkan tenaga dan memberikan diet tinggi kalori
7. Memberitahukan keluarga tentang keadaan ibu dan kemajuan kelahiran
8. Lebih meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi sesering mungkin
9. Diakhiri dengan rencana dan persiapan peralatan.
Endometritis
Mikororganisme yang menyerang plasenta dan mungkin penyebarannya ke seluruh endometrium
Gejala :
1. Demam
2. Suhu tingi
3. Tidak nafsu makan
4. Malas
5. Uterus yang buruk
6. Lokea berbau busuk
7. Kram Uterin
Terapi :
1. Memberikan antibiotik dan analgetik
2. Menganjurkan posisi fowler
3. Memulihkan tenaga
4. Menggunakan tindakan pencegahan umum
Pelvic Cellulitis / Parametritis
Penyebarann mikroorganisme melalui sistem limfe dan melewati jaringan disekeliling uterus
Gejala :
1. Demam
2. Suhu tinggi
3. Sakit perut bagian bawah
4. Kelunakan hati
Terapi :
1. Memberikan antibiotik dan analgetik
2. Menganjurkan istirahat
3. Pemulihan tenaga
Infeksi Perineum
Trauma pada perineum membuat wanita mudah terserang infeksi
Gejala :
1. Sakit lokal
2. Demam
3. Nyeri hebat
4. Kemerahan
5. Pengeringan seropurulent
Terapi :
1. Memberikan antibiotik dan analgetik
2. Menganjurkan mandi air panan / dingin
3. Menggunakan tindakan pencegahan umum
Perawatan Perineum
Mengajarkan Kesehatan
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah merubah masing-masing pengalas, setelah buang air / BAB.
2. Perawatan Perineum-mengusap dari depan ke belakang dengan bersih, dengan air hangat/sejuk/dingin, pencegahan dengan antiseptik dan tidak memisahkan labia.
3. Memelihara kebersihan dari pengalas/pembalut
4. Menghindari menggunakan tampon sampai permulaan siklus haid lagi.
5. Evaluasi/Hasil Kriteria.
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
meng-ganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi.
Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan:
(a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamil¬an ganda akibat peningkatan kadar HCG.
(b) Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.
(c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya.
(d) Faktor endokrin Iainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.
Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah; akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis.
Tingkat I = Ringan
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium; nadi sekitar 100 kali permenit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, dan mata cekung.
Tingkat II = Sedang
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih pa¬rah: lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor; nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula terjadi asetonuria, clan dari nafas keluar bau aseton.
Tingkat III = Berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat; dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus. Komplikasi yang dapat berakibat fatal terjadi pada susunan syaraf pusat (ensefalopati Wernicke) dengan adanya: nistagmus, diplopia, perubalan mental.
Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh sebagai berikut:
(a) Hepar: Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentri¬lobuler tanpa nekrosis.
(b) Jantung: Jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardial.
(c) Otak: Terdapat bercak perdarahan pada otak.
(d) Ginjal: Tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
Penanganan
(1) Pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamil¬an kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak; tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual, dan muntah. Defeksi hendaknya diusaha¬kan teratur.
(2) Terapi obat, menggunakan sedativa (Luminal, Stesolid); vitamin (B1 dan B6); anti-muntah (Mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin, Torecan); antasida dan anti mulas.
(3) Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah sakit.
- Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja, telah banyak mengurangi mual muntahnya.
- Isolasi. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja, tanpa pengo¬batan khusus telah mengurangi mual dan muntah.
- Terapi psikologik. Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan kha¬watir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosio ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.
- Penambahan cairan. Berikan infus dekstrosa atau glukosa 5% sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam.
- Berikan obat-obatan seperti telah dikemukakan di atas.
- Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan.
KETUBAN PECAH DINI
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu; yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Etiologi
Penyebab dari PROM tidak atau masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
Patogenesis
TAYLOR dkk. telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut:
Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pe¬cah. Penyakit-penyakit sepertipielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis ter¬dapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah: multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompeten, dan lain-lain.
Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan ter¬lalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum; apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil.
Cara menentukannya adalah dengan:
Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambut lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau.
Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servisis dan apakah ada bagian yang sudah pecah.
Gunakan kertas lakmus (litmus)
bila menjadi biru (basa) - air ketuban.
bila menjadi merah (asam) - air kemih (urin).
Pemeriksaan pH forniks posterior pada PROM pH adalah basa (air ketuban). Pemeriksaan histopatologi air (ketuban).
aborization dan sitologi air ketuban.
Pengaruh PROM
a. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan mobiditas perinatal.
b. Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan men¬jadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat clan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal-hal di atas akan meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu.
Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mung-kin timbul serta umur dari kehamilan.
Pimpinan Persalinan
Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan dalam menghadapi PROM. Beberapa institut menganjurkan penatalak-sanaan untuk PROM kira-kira sebagai berikut:
(1) Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu), penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat antibiotika pro¬filaksis, spasmolitika, dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable.
(2) Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan PGE2 clan atau drips sintosinon gagal, maka lakukanlah tindakan operatif.
Jadi pada PROM penyelesaian persalinan bisa:
Partus spontan
Ekstraksi vakum
Ekstraksi forsep
Embriotomi bila anak sudah meninggal
Seksio sesarea bila ada indikasi obstetrik.
Komplikasi
Pada anak
IUFD dan IPFD, asfiksia, dan prematuritas
Pada Ibu
Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan postpartum, atauy infeksi nifas.
PLASENTA PREVIA
Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada temat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri iternal)
Klasifikasi
Menurut de Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm:
(1) Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
(2) Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembu¬kaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2:
- Plasenta previa lateralis posterior: bila sebagian menutupi ostium bagian belakang
- Plasenta previa lateralis anterior: bila menutupi ostium bagian depan
- Plasenta previa marginalis: bila sebagian kecil atau hanya pinggir os¬tium yang ditutupi plasenta.
Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat:
(1) Plasenta previa totalis: seluruh ostium ditutupi plasenta
(2) Plasenta previa partialis: sebagian ditutupi plasenta
(3) Plasenta letak rendah (low-lying placenta): tepi plasenta berada 3-4 cm di atas pinggir pembukaan, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.
Menurut Browne:
(1) Tingkat I = Lateral placenta previa:
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan
(2) Tingkat 2 = Marginal plasenta previa:
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium)
(3) Tingkat 3 = Complete plasenta previa:
Plasenta menutupi osteum waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pem¬bukaan hampir lengkap
(4) Tingkat 4 = Central plasenta previa;
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.
Menurut penulis lain plasenta previa dibagi menurut persentase plasenta yang menutupi pembukaan:
Plasenta previa 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Di beberapa institut di Indonesia termasuk di RS. Pirngadi Medan, kla¬sifikasi yang dipakai kurang lebih menurut pembagian de Snoo pada pem¬bukaan kira-kira 4 cm.
Etiologi
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etio-loginya.
(1) Endometrium yang inferior
(2) Chorion leave yang persisten
(3) Korpus luteum yang bereaksi lambat.
Faktor-faktor etiologi:
(1) Umur dan paritas
Pada primigravida, umur diatas 35 tahun tebih sering daripada umur di-bawah 25 tahun
Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.
Di Indonesia, menurut Toha, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil; hal ini disebabkan banyak wanita Indo¬nesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum ma¬tang (inferior).
(2) Hipoplasia endometrium: bila kawin dan hamil pada umur muda
(3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan manual plasenta
(4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap mene¬rima hasil konsepsi
(5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium (6) Kadang-kadang pada malnutrisi.
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksxr.,ke, dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin: letak kepala mengapung, letak sungsang, letak lintang.
Sering terjadi partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada serviks. Selain itu jika banyak plasenta yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi his; juga lepasnya plasenta sendiri dapat merangsang his. Dapat juga karena pemeriksaan dalam.
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus
(1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi pa¬tologik
(2) Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi prolaps funikuli
(3) Sering dijumpai inersia primer
(4) Perdarahan.
Komplikasi Plasenta Previa
(1) Prolaps tali pusat
(2) Prolaps plasenta
(3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan
(4) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
(5) Perdarahan postpartum
(6) Infeksi karena perdarahan yang banyak
(7) Bayi prematur atau lahir mati.
Pananganan
(1) Penanganan pasif
Perhatian:
Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apa¬pun, baik rektal apalagi vaginal (Eastman).
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat badan janin dibawah 2500 gr, maka kehamilan dapat dipertahankan istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin, atau pro¬gesteron. Observasilah dengan teliti.
Sambil mengawasi periksalah golongan darah, dan siapkan donor transfusi darah. Bila memungkinkan kehamilan dipertahankan setua mung¬kin supaya janin terhindar dari prematuritas.
Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa, rujuk segera ke rumah sakit di mana terdapat fasilitas operasi dan transfusi darah.
Bila kekurangan darah, berikanlah transfusi darah dan obat-obat penambah darah.
Cara persalinan
Faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah:
jenis plasenta previa
perdarahan: banyak, atau sedikit tetapi berulang-ulang
keadaan umum ibu hamil
keadaan janin: hidup, gawat, atau meninggal - pembukaan jalan lahir
paritas atau jumlah anak hidup
fasilitas penolong dan rumah sakit.
TALI PUSAT MENUMBUNG
Tati pusat terkemuka, adalah keadaan dimana tali pusat yang berada di sam¬ping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis serviksalis. Ketuban masih intak. Tali pusat menumbung adalah bila teraba tali pusat keluar dan biasanya ke¬tubansudah pecah.
Etiologi
Pada umumnya prolapsus funiculi terdapat pada keadaan dimana bagian terdepan janin tidak terfiksasi pada p.a.p., misalnya pada:
letak lintang
letak sungsang
panggul sempit
hidrosefalus dan anensefalus
hidramnion
plasenta previa dan plasenta letak rendah.
Diagnosis
Ketuban sudah pecah dan kepala masih goyang, pada pemeriksaan dalam teraba tali pusat. Raba juga bagaimana pulsasi tali pusat.
Penanganan
(a) Tali pusat terkemuka
(1) Usahakan ketuban jangan pecah.
(2) Ibu dalam posisi Trendelenberg berbaring miring dengan arah berten¬tangan dengan tempat tali pusat.
(3) Lakukan reposisi dan dorong kepala ke dalam p.a.p.
(b) Tali pusat menumbung
(1) Letak kepala
Bila pembukaan masih kecil lakukan seksio sesarea
Bila pembukaan sudah lengkap:
• Kepala dengan ukuran terbesar sudah melewati p.a.p. ekstraksi vakum atau forsep
• Kepala goyang versi dan ekstraksi atau seksio sesarea.
(2) Letak lintang ........... seksio sesarea.
(3) Letak sungsang
tunggu, bila pembukaan lengkap
ekstraksi kaki:
Pada prolapsus funiculi dengan anak yang sudah meninggal, tunggu saja partus spontan.
Prognosis
Tali pusat menumbung tidak membahayakan si ibu dan tidak menyulitkan per¬salinan. Bahaya yang mengancam adalah bagi si janin, terutama pada letak kepala.
SYOK DALAM OBSTETRI
Adalah syok yang dijumpai dalam kebidanan yang disebabkan baik oleh perda-rahan, trauma, atau sebab-sebab lainnya.
Klasifikasi
Menurut sebab utamanya dibagi 3, yaitu:
(1) Syok hemoragik karena perdarahan
(2) Syok endotoksin karena infeksi berat (syok bakterial)
(3) Syok oleh sebab-sebab lain.
Etiologi
perdarahan
infeksi berat
solusio plasenta
luka-luka jalan lahir
emboli air ketuban
inversio uteri
syok postural
kolaps vasomotor postpartum
kombinasi hal-hal diatas
faktor-faktor predisposisi timbulnya syok adalah anemia, malnutrisi, dehi¬drasi, partus lama, dan asidosis.
Syok Hemoragik
Banyak terjadi dalam obstetri, disebabkan oleh perdarahan postpartum, perda¬rahan karena abortus, kehamilan ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasen¬ta, ruptura uteri dan perlukaan jalan lahir lainnya.
Penanganannya adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti segera darah yang hilang.
Solusio Plasenta
Terjadi fibrinopenia dan pelepasan banyak tromboplastin yang mengakibatkan DIC disertai fibrinolisis, karena itu terjadilah a- atau hipofibrinogenemia. Bahkan serat-serat fibrin dapat dijumpai dalam pembuluh darah paru-paru.
Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat waktu kehamilan. Untuk terjadinya emboli ini harus ada hubungan langsung antara air ketuban dan pembuluh darah ibu. Ini bisa kita jumpai pada ruptura uteri, seksio sesarea, solusio plasenta, atau luka-luka jalan lahir lainnya.
Akan tetapi sering hubungan langsung ini tidak dapat dinyatakan dengan jelas. Adapun faktor-faktor predisposisi dari terjadinya emboli air ketuban adalah:
(1) Ketuban pecah sebelum waktunya dan ada perlukaan pada ketuban atau plasenta.
(2) His yang kuat (tetaniform)
(3) Toksemia gravidarum dan solusio plasenta.
Menurut patogenesisnya ada 2 teori untuk menerangkan gejala-gejala yang dijumpai pada emboli air ketuban:
Teori mekanis:
Yaitu ketuban berisi lanugo, verniks kaseosa, dan mekonium yang dapat me-nyumbat kapiler paru-paru dan menyebabkan syok.
Teori anafilaksis:
Jumlah air ketuban yang masuk tidak demikian banyaknya sehingga dapat menerangkan terjadinya kematian yang cepat. Maka di samping penyumbat¬an harus ada faktor lain yang dapat menerangkan gejala emboli air ketuban; ialah reaksi anafilaksis.
Di dalam air ketuban terdapat banyak tromboplastin maka terjadilah pembekuan intravaskuler merata (DIC) yang mengakibatkan terjadinya hipofibrinogenemia.
Diagnosis
Pada emboli air ketuban bedakan 2 fase:
Fase 1: Dispnea, sianosis, edema paru, nyeri di dada dan syok. Sebagian dari penderita sudah meninggal dalam fase ini, biasanya dalam jangka waktu 20 menit.
Fase 2: Di samping gejala-gejala di atas, dijumpai pula gejala gangguan pembekuan darah atau hipofibrinogenernia.
Apakah penderita akan meninggal dalam fase l atau 2 ditentukan oleh jumlah air ketuban yang masuk ke dalam peredaran darah. Kalau banyak dan dalam waktu singkat terjadi kematian dalam fase 1, sedangkan bila sedikit dan lambat akan terjadi kelainan pembekuan darah lalu meninggal.
Diagnosis pasti emboli air ketuban atau udara, dibuat kalau pada autopsi klinis ditemukan rambut lanugo, verniks kaseosa, mekonium, atau udara dalam kapiler paru-paru.
Penanganan
(1) Pemberian oksigen, stimulansia, dan kardiotonika
(2) Pemberian cairan infus dan transfusi darah harus sangat hati- hati karena beban jantung akan bertambah berat.
(3) Bila ada kelainan pembekuan darah berikan fibrinogen
(4) Untuk trombosis emboli berikan heparin.
Syok Septik (Syok Endotoksik)
Dapat ditemukan pada infeksi nifas berat, abortus septik, dan operatif obstetrik. Kuman yang sering dijumpai adalah E, coli, Pseudomonas, Klebsiella, dan lain-lain. Penderita mengalami demam tinggi, menggigil, dan syok. Penanganannya adalah dengan memberikan antibiotika yang tepat, cukup, dan dosis tinggi setelah dilaku¬kan tiji kepekaan dan persemaian kuman (sensitivity dan culture test). Inversio uteri dijumpai 50% menyebabkan syok karena perdarahan, kolaps vasomotor, dan karena adanya tarikan kuat pada ligamen serta peritoneum.
Syok Postural
Bila ibu hamil berada dalam posisi supine sering terjadi hipotensi akut yang ditandai dengan nadi cepat, pucat, keringat dingin, dan syok. Mungkin ini terjadi ka¬rena tekanan uterus yang berat pada vena kava inferior.
Kolaps Vasomotor Postpartum
Ibu hamil dengan toksemia gravidarum sering mengalami syok pada 24 jam postpartum. Sebabnya mungkin karena pelebaran mendadak dari pembuluh darah spalangnikus karena dekompresi abdominal setelah persalinan.
Emboli Udara
Bisa terjadi karena sesudah partus pembuluh-pembaluh darah terbuka dan bila tekanan luar tinggi maka udara masuk dalam pembuluh darah. Atau karena kurang hati-hati dalam pemberian infus sehingga udara masuk dalam pembuluh darah.
Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan:
(a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamil¬an ganda akibat peningkatan kadar HCG.
(b) Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.
(c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya.
(d) Faktor endokrin Iainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.
Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah; akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis.
Tingkat I = Ringan
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium; nadi sekitar 100 kali permenit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, dan mata cekung.
Tingkat II = Sedang
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih pa¬rah: lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor; nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula terjadi asetonuria, clan dari nafas keluar bau aseton.
Tingkat III = Berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat; dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus. Komplikasi yang dapat berakibat fatal terjadi pada susunan syaraf pusat (ensefalopati Wernicke) dengan adanya: nistagmus, diplopia, perubalan mental.
Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh sebagai berikut:
(a) Hepar: Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentri¬lobuler tanpa nekrosis.
(b) Jantung: Jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardial.
(c) Otak: Terdapat bercak perdarahan pada otak.
(d) Ginjal: Tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
Penanganan
(1) Pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamil¬an kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak; tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual, dan muntah. Defeksi hendaknya diusaha¬kan teratur.
(2) Terapi obat, menggunakan sedativa (Luminal, Stesolid); vitamin (B1 dan B6); anti-muntah (Mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin, Torecan); antasida dan anti mulas.
(3) Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah sakit.
- Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja, telah banyak mengurangi mual muntahnya.
- Isolasi. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja, tanpa pengo¬batan khusus telah mengurangi mual dan muntah.
- Terapi psikologik. Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan kha¬watir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosio ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.
- Penambahan cairan. Berikan infus dekstrosa atau glukosa 5% sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam.
- Berikan obat-obatan seperti telah dikemukakan di atas.
- Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan.
KETUBAN PECAH DINI
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu; yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Etiologi
Penyebab dari PROM tidak atau masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
Patogenesis
TAYLOR dkk. telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut:
Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pe¬cah. Penyakit-penyakit sepertipielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis ter¬dapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah: multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompeten, dan lain-lain.
Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan ter¬lalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum; apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil.
Cara menentukannya adalah dengan:
Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambut lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau.
Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servisis dan apakah ada bagian yang sudah pecah.
Gunakan kertas lakmus (litmus)
bila menjadi biru (basa) - air ketuban.
bila menjadi merah (asam) - air kemih (urin).
Pemeriksaan pH forniks posterior pada PROM pH adalah basa (air ketuban). Pemeriksaan histopatologi air (ketuban).
aborization dan sitologi air ketuban.
Pengaruh PROM
a. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan mobiditas perinatal.
b. Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan men¬jadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat clan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal-hal di atas akan meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu.
Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mung-kin timbul serta umur dari kehamilan.
Pimpinan Persalinan
Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan dalam menghadapi PROM. Beberapa institut menganjurkan penatalak-sanaan untuk PROM kira-kira sebagai berikut:
(1) Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu), penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat antibiotika pro¬filaksis, spasmolitika, dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable.
(2) Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan PGE2 clan atau drips sintosinon gagal, maka lakukanlah tindakan operatif.
Jadi pada PROM penyelesaian persalinan bisa:
Partus spontan
Ekstraksi vakum
Ekstraksi forsep
Embriotomi bila anak sudah meninggal
Seksio sesarea bila ada indikasi obstetrik.
Komplikasi
Pada anak
IUFD dan IPFD, asfiksia, dan prematuritas
Pada Ibu
Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan postpartum, atauy infeksi nifas.
PLASENTA PREVIA
Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada temat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri iternal)
Klasifikasi
Menurut de Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm:
(1) Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
(2) Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembu¬kaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2:
- Plasenta previa lateralis posterior: bila sebagian menutupi ostium bagian belakang
- Plasenta previa lateralis anterior: bila menutupi ostium bagian depan
- Plasenta previa marginalis: bila sebagian kecil atau hanya pinggir os¬tium yang ditutupi plasenta.
Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat:
(1) Plasenta previa totalis: seluruh ostium ditutupi plasenta
(2) Plasenta previa partialis: sebagian ditutupi plasenta
(3) Plasenta letak rendah (low-lying placenta): tepi plasenta berada 3-4 cm di atas pinggir pembukaan, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.
Menurut Browne:
(1) Tingkat I = Lateral placenta previa:
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan
(2) Tingkat 2 = Marginal plasenta previa:
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium)
(3) Tingkat 3 = Complete plasenta previa:
Plasenta menutupi osteum waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pem¬bukaan hampir lengkap
(4) Tingkat 4 = Central plasenta previa;
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.
Menurut penulis lain plasenta previa dibagi menurut persentase plasenta yang menutupi pembukaan:
Plasenta previa 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Di beberapa institut di Indonesia termasuk di RS. Pirngadi Medan, kla¬sifikasi yang dipakai kurang lebih menurut pembagian de Snoo pada pem¬bukaan kira-kira 4 cm.
Etiologi
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etio-loginya.
(1) Endometrium yang inferior
(2) Chorion leave yang persisten
(3) Korpus luteum yang bereaksi lambat.
Faktor-faktor etiologi:
(1) Umur dan paritas
Pada primigravida, umur diatas 35 tahun tebih sering daripada umur di-bawah 25 tahun
Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.
Di Indonesia, menurut Toha, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil; hal ini disebabkan banyak wanita Indo¬nesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum ma¬tang (inferior).
(2) Hipoplasia endometrium: bila kawin dan hamil pada umur muda
(3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan manual plasenta
(4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap mene¬rima hasil konsepsi
(5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium (6) Kadang-kadang pada malnutrisi.
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksxr.,ke, dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin: letak kepala mengapung, letak sungsang, letak lintang.
Sering terjadi partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada serviks. Selain itu jika banyak plasenta yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi his; juga lepasnya plasenta sendiri dapat merangsang his. Dapat juga karena pemeriksaan dalam.
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus
(1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi pa¬tologik
(2) Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi prolaps funikuli
(3) Sering dijumpai inersia primer
(4) Perdarahan.
Komplikasi Plasenta Previa
(1) Prolaps tali pusat
(2) Prolaps plasenta
(3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan
(4) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
(5) Perdarahan postpartum
(6) Infeksi karena perdarahan yang banyak
(7) Bayi prematur atau lahir mati.
Pananganan
(1) Penanganan pasif
Perhatian:
Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apa¬pun, baik rektal apalagi vaginal (Eastman).
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat badan janin dibawah 2500 gr, maka kehamilan dapat dipertahankan istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin, atau pro¬gesteron. Observasilah dengan teliti.
Sambil mengawasi periksalah golongan darah, dan siapkan donor transfusi darah. Bila memungkinkan kehamilan dipertahankan setua mung¬kin supaya janin terhindar dari prematuritas.
Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa, rujuk segera ke rumah sakit di mana terdapat fasilitas operasi dan transfusi darah.
Bila kekurangan darah, berikanlah transfusi darah dan obat-obat penambah darah.
Cara persalinan
Faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah:
jenis plasenta previa
perdarahan: banyak, atau sedikit tetapi berulang-ulang
keadaan umum ibu hamil
keadaan janin: hidup, gawat, atau meninggal - pembukaan jalan lahir
paritas atau jumlah anak hidup
fasilitas penolong dan rumah sakit.
TALI PUSAT MENUMBUNG
Tati pusat terkemuka, adalah keadaan dimana tali pusat yang berada di sam¬ping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis serviksalis. Ketuban masih intak. Tali pusat menumbung adalah bila teraba tali pusat keluar dan biasanya ke¬tubansudah pecah.
Etiologi
Pada umumnya prolapsus funiculi terdapat pada keadaan dimana bagian terdepan janin tidak terfiksasi pada p.a.p., misalnya pada:
letak lintang
letak sungsang
panggul sempit
hidrosefalus dan anensefalus
hidramnion
plasenta previa dan plasenta letak rendah.
Diagnosis
Ketuban sudah pecah dan kepala masih goyang, pada pemeriksaan dalam teraba tali pusat. Raba juga bagaimana pulsasi tali pusat.
Penanganan
(a) Tali pusat terkemuka
(1) Usahakan ketuban jangan pecah.
(2) Ibu dalam posisi Trendelenberg berbaring miring dengan arah berten¬tangan dengan tempat tali pusat.
(3) Lakukan reposisi dan dorong kepala ke dalam p.a.p.
(b) Tali pusat menumbung
(1) Letak kepala
Bila pembukaan masih kecil lakukan seksio sesarea
Bila pembukaan sudah lengkap:
• Kepala dengan ukuran terbesar sudah melewati p.a.p. ekstraksi vakum atau forsep
• Kepala goyang versi dan ekstraksi atau seksio sesarea.
(2) Letak lintang ........... seksio sesarea.
(3) Letak sungsang
tunggu, bila pembukaan lengkap
ekstraksi kaki:
Pada prolapsus funiculi dengan anak yang sudah meninggal, tunggu saja partus spontan.
Prognosis
Tali pusat menumbung tidak membahayakan si ibu dan tidak menyulitkan per¬salinan. Bahaya yang mengancam adalah bagi si janin, terutama pada letak kepala.
SYOK DALAM OBSTETRI
Adalah syok yang dijumpai dalam kebidanan yang disebabkan baik oleh perda-rahan, trauma, atau sebab-sebab lainnya.
Klasifikasi
Menurut sebab utamanya dibagi 3, yaitu:
(1) Syok hemoragik karena perdarahan
(2) Syok endotoksin karena infeksi berat (syok bakterial)
(3) Syok oleh sebab-sebab lain.
Etiologi
perdarahan
infeksi berat
solusio plasenta
luka-luka jalan lahir
emboli air ketuban
inversio uteri
syok postural
kolaps vasomotor postpartum
kombinasi hal-hal diatas
faktor-faktor predisposisi timbulnya syok adalah anemia, malnutrisi, dehi¬drasi, partus lama, dan asidosis.
Syok Hemoragik
Banyak terjadi dalam obstetri, disebabkan oleh perdarahan postpartum, perda¬rahan karena abortus, kehamilan ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasen¬ta, ruptura uteri dan perlukaan jalan lahir lainnya.
Penanganannya adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti segera darah yang hilang.
Solusio Plasenta
Terjadi fibrinopenia dan pelepasan banyak tromboplastin yang mengakibatkan DIC disertai fibrinolisis, karena itu terjadilah a- atau hipofibrinogenemia. Bahkan serat-serat fibrin dapat dijumpai dalam pembuluh darah paru-paru.
Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat waktu kehamilan. Untuk terjadinya emboli ini harus ada hubungan langsung antara air ketuban dan pembuluh darah ibu. Ini bisa kita jumpai pada ruptura uteri, seksio sesarea, solusio plasenta, atau luka-luka jalan lahir lainnya.
Akan tetapi sering hubungan langsung ini tidak dapat dinyatakan dengan jelas. Adapun faktor-faktor predisposisi dari terjadinya emboli air ketuban adalah:
(1) Ketuban pecah sebelum waktunya dan ada perlukaan pada ketuban atau plasenta.
(2) His yang kuat (tetaniform)
(3) Toksemia gravidarum dan solusio plasenta.
Menurut patogenesisnya ada 2 teori untuk menerangkan gejala-gejala yang dijumpai pada emboli air ketuban:
Teori mekanis:
Yaitu ketuban berisi lanugo, verniks kaseosa, dan mekonium yang dapat me-nyumbat kapiler paru-paru dan menyebabkan syok.
Teori anafilaksis:
Jumlah air ketuban yang masuk tidak demikian banyaknya sehingga dapat menerangkan terjadinya kematian yang cepat. Maka di samping penyumbat¬an harus ada faktor lain yang dapat menerangkan gejala emboli air ketuban; ialah reaksi anafilaksis.
Di dalam air ketuban terdapat banyak tromboplastin maka terjadilah pembekuan intravaskuler merata (DIC) yang mengakibatkan terjadinya hipofibrinogenemia.
Diagnosis
Pada emboli air ketuban bedakan 2 fase:
Fase 1: Dispnea, sianosis, edema paru, nyeri di dada dan syok. Sebagian dari penderita sudah meninggal dalam fase ini, biasanya dalam jangka waktu 20 menit.
Fase 2: Di samping gejala-gejala di atas, dijumpai pula gejala gangguan pembekuan darah atau hipofibrinogenernia.
Apakah penderita akan meninggal dalam fase l atau 2 ditentukan oleh jumlah air ketuban yang masuk ke dalam peredaran darah. Kalau banyak dan dalam waktu singkat terjadi kematian dalam fase 1, sedangkan bila sedikit dan lambat akan terjadi kelainan pembekuan darah lalu meninggal.
Diagnosis pasti emboli air ketuban atau udara, dibuat kalau pada autopsi klinis ditemukan rambut lanugo, verniks kaseosa, mekonium, atau udara dalam kapiler paru-paru.
Penanganan
(1) Pemberian oksigen, stimulansia, dan kardiotonika
(2) Pemberian cairan infus dan transfusi darah harus sangat hati- hati karena beban jantung akan bertambah berat.
(3) Bila ada kelainan pembekuan darah berikan fibrinogen
(4) Untuk trombosis emboli berikan heparin.
Syok Septik (Syok Endotoksik)
Dapat ditemukan pada infeksi nifas berat, abortus septik, dan operatif obstetrik. Kuman yang sering dijumpai adalah E, coli, Pseudomonas, Klebsiella, dan lain-lain. Penderita mengalami demam tinggi, menggigil, dan syok. Penanganannya adalah dengan memberikan antibiotika yang tepat, cukup, dan dosis tinggi setelah dilaku¬kan tiji kepekaan dan persemaian kuman (sensitivity dan culture test). Inversio uteri dijumpai 50% menyebabkan syok karena perdarahan, kolaps vasomotor, dan karena adanya tarikan kuat pada ligamen serta peritoneum.
Syok Postural
Bila ibu hamil berada dalam posisi supine sering terjadi hipotensi akut yang ditandai dengan nadi cepat, pucat, keringat dingin, dan syok. Mungkin ini terjadi ka¬rena tekanan uterus yang berat pada vena kava inferior.
Kolaps Vasomotor Postpartum
Ibu hamil dengan toksemia gravidarum sering mengalami syok pada 24 jam postpartum. Sebabnya mungkin karena pelebaran mendadak dari pembuluh darah spalangnikus karena dekompresi abdominal setelah persalinan.
Emboli Udara
Bisa terjadi karena sesudah partus pembuluh-pembaluh darah terbuka dan bila tekanan luar tinggi maka udara masuk dalam pembuluh darah. Atau karena kurang hati-hati dalam pemberian infus sehingga udara masuk dalam pembuluh darah.
LANDASAN TEORI GAWAT JANIN DALAM PERSALINAN
MASALAH
Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 per menit atau lebih dari 180 per menit.
Air ketuban hijau kental.
PENANGANAN UMUM
Pasien dibaringkan miring ke kiri.
Berikan oksigen.
Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan infus oksitosin).
DIAGNOSIS
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang ab-normal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin, per¬darahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.
Denyut jantung janin abnormal
Kotak Kelainan denyut jantung janin (DJJ)
DJJ Normal, dapat melambat sewaktu his , dan segera kembali normal setelah relaksasi
DJJ lambat (kurang dari 100 x/menit) saat tidak ada his, menunjukan adanya gawat janin
DJJ cepat (lebih dari 180 x/menit) yang disertai takhikardi ibu bisa karena ibu demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika denyut jantung ibu normal, denyut jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda gawat janin
Mekonium
Adanya mekonium pada cairan amnion lebih sering terlihat saat janin mencapai ma¬turitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda-tanda gawat janin. Sedikit mekonium tanpa dibarengi dengan kelainan pada denyut jantung janin merupakan suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut.
Mekonium kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan amnion yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang lebih cepat dan penanganan mekonium pada saluran napas atas neonatus untuk mencegah aspirasi mekonium.
Pada presentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan akibat kom¬presi abdomen janin pada persalinan. Hal ini bukan merupakan tanda kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal persalinan.
PENANGANAN KHUSUS
Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi mekonium pada cairan amnion, lakukan hal se¬bagai berikut:
Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai.
Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
- Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasenta.
- Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau tajam) berikan antibiotika untuk.
- Jika tali pusat terletak di bawah bagian bawah janin atau dalam vagina, lakukan penanganan prolaps tali pusat
Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada cairan amnion), rencanakan persalinan:
- Jika serviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas sim-fisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin pada stasion 0, lakukan per-salinan dengan ekstraksi vakum atau forseps.
- Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada di atas stasion 0, lakukan persalinan dengan seksio sesarea
Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 per menit atau lebih dari 180 per menit.
Air ketuban hijau kental.
PENANGANAN UMUM
Pasien dibaringkan miring ke kiri.
Berikan oksigen.
Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan infus oksitosin).
DIAGNOSIS
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang ab-normal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin, per¬darahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.
Denyut jantung janin abnormal
Kotak Kelainan denyut jantung janin (DJJ)
DJJ Normal, dapat melambat sewaktu his , dan segera kembali normal setelah relaksasi
DJJ lambat (kurang dari 100 x/menit) saat tidak ada his, menunjukan adanya gawat janin
DJJ cepat (lebih dari 180 x/menit) yang disertai takhikardi ibu bisa karena ibu demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika denyut jantung ibu normal, denyut jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda gawat janin
Mekonium
Adanya mekonium pada cairan amnion lebih sering terlihat saat janin mencapai ma¬turitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda-tanda gawat janin. Sedikit mekonium tanpa dibarengi dengan kelainan pada denyut jantung janin merupakan suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut.
Mekonium kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan amnion yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang lebih cepat dan penanganan mekonium pada saluran napas atas neonatus untuk mencegah aspirasi mekonium.
Pada presentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan akibat kom¬presi abdomen janin pada persalinan. Hal ini bukan merupakan tanda kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal persalinan.
PENANGANAN KHUSUS
Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi mekonium pada cairan amnion, lakukan hal se¬bagai berikut:
Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai.
Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
- Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasenta.
- Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau tajam) berikan antibiotika untuk.
- Jika tali pusat terletak di bawah bagian bawah janin atau dalam vagina, lakukan penanganan prolaps tali pusat
Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada cairan amnion), rencanakan persalinan:
- Jika serviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas sim-fisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin pada stasion 0, lakukan per-salinan dengan ekstraksi vakum atau forseps.
- Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada di atas stasion 0, lakukan persalinan dengan seksio sesarea
KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN
A. Pengertian
Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu
• Sebelum 20 minggu :
Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
• Sesudah 20 minggu :
Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.
B. Etiologi
1. Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta
2. Pre eklamsi dan eklamsi
3. Penyakit-penyakit kelainan darah
4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5. Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria, peelonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal
6. Penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid
7. Malnutrisi dan sebagainya.
Diagnosis :
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
7. Ultrasonografi
Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.
Penanganan
Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencapai kepastian diagnosis.
Biasanya selama masih menunggu ini, 70-90% akan terjadi persalinan yang spontan.
Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah didiagnosis, partus belum mulai, maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi partus.
Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitoxsin drip, dengan atau tanpa amniotomi.
Pengaruh Terhadap Ibu
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo fibrigenemia) akan lebih besar. Karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus diakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia. Bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau pemberian fibrinogen.
C. Komplikasi
1. Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup bulan.
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung > 2 minggu.
D. Penanganan
1. Periksa TTV
2. Periksa radiologi
3. USG
4. Berikan dukungan mental pada pasien
5. Pilih cara persalinan dengan induksi/ekspektatif.
6. Jika ersalinan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan servik dengan misoprostol.
- Tepatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina, dapat diulangi sesudah 6 jam.
- Jika tidak ada respon sesudah 2x 25 mcg isoprostol naikkan dosis menjadi 50 mcg setiap 6 jam.
Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu
• Sebelum 20 minggu :
Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
• Sesudah 20 minggu :
Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.
B. Etiologi
1. Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta
2. Pre eklamsi dan eklamsi
3. Penyakit-penyakit kelainan darah
4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5. Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria, peelonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal
6. Penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid
7. Malnutrisi dan sebagainya.
Diagnosis :
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
7. Ultrasonografi
Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.
Penanganan
Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencapai kepastian diagnosis.
Biasanya selama masih menunggu ini, 70-90% akan terjadi persalinan yang spontan.
Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah didiagnosis, partus belum mulai, maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi partus.
Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitoxsin drip, dengan atau tanpa amniotomi.
Pengaruh Terhadap Ibu
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo fibrigenemia) akan lebih besar. Karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus diakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia. Bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau pemberian fibrinogen.
C. Komplikasi
1. Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup bulan.
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung > 2 minggu.
D. Penanganan
1. Periksa TTV
2. Periksa radiologi
3. USG
4. Berikan dukungan mental pada pasien
5. Pilih cara persalinan dengan induksi/ekspektatif.
6. Jika ersalinan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan servik dengan misoprostol.
- Tepatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina, dapat diulangi sesudah 6 jam.
- Jika tidak ada respon sesudah 2x 25 mcg isoprostol naikkan dosis menjadi 50 mcg setiap 6 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar