ayat-ayat
al-qur'an tentang pendidikan
A.
AYAT-AYAT AL-QUR’AN DAN HADIST TENTANG PENDIDIKAN
1. Surat Al-a’alq ayat 1-5:
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ
وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ
مَالَمْ يَعْلَمْ {5}
Artinya
:”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling
pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahui.
2. Surat Al-Mujadalah ayat 11:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ............
Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(QS.Al-Mujadalah:11)
3. Surat Thoha ayat 114:
وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا
Artinya :”Dan katakanlah (olehmu muhammad),”ya tuhanku, tambahkan kepadaku
ilmu pengetahuan.”
4. Surat Shod ayat 29:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ
لِّيَدَّبَّرُوا ءَايَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ {29}
Artinya :”ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
keberkahan supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
5. Surat Lukman ayat 14-17 :
وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ إِلَىَّ الْمَصِيرُ {14} وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَى أَن تُشْرِكَ بِي
مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا
مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ
فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ {15} يَابُنَيَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ
مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ
أَوْ فِي اْلأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللهُ إِنَّ اللهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ {16}
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَاصْبِرْ عَلَى مَآأَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُورِ {17}
Artinya :” [Ayat 14]
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada kedua dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.
[Ayat 15] Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan….
[Ayat 16] (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus lagi Maha Mengetahui.
[Ayat 17] Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).
6.
Hadist Nabi:
Artinya : “mencari ilmu
adalah diwajibkan bagi setiap muslim
laki-laki dan wanita dari mulai lahir sampai ke liang lahat.”
7.
Hadist Nabi :
Artinya :”Carilah ilmu walupun
ke negri cina.”
8.
Hadist Nabi :
Artinya :”Didiklah anak-anak
kalian, karena sesungguhnya mereka itu dijadikan untuk menghadapi masa yang
berlainan dengan masa kalian ini.”
9.
Hadist Nabi :
Artinya :”Tidaklah
henti-hentinya seseorang tiu dapat dianggap orang berilmu selama ia masih terus
belajar ilmu. Apabila ia menyangka bahwa sesungguhnya ia sudah serbatahu, maka
sungguh ia seorang yang jahil.”
10. Hadist Nabi :
Artinya :”Barang siapa yang
menginginkan dunia, hendaklah ia berilmu, Barang siapa yang menginginkan
akhirat hendaklah ia berilmu, Barang siapa yang menginginkan kedua-duanya
sekaligus, ia pun harus berilmu.”
11. Hadist Nabi:
Artinya :”manusia itu ada dua
macam:”orang alim(berilmu) dan orang yang
belajar ilmu, dan tidaklah ada kebaikan selain dari dua golongan itu”
12. Hadist Nabi:
Artinya :”sesungguhnya para
malaikat itu merendahkan sayapnya kepada penuntut ilmu karena senangnya atas
apa yang dilakukan para penuntut ilmu.”
13. Hadist Nabi:
Artinya :”Pelajarilah ilmu
karena sesungguhnya belajar semata-mata bagi Alloh itu merupakan kebaikan, dan
mempelajari ilmu merupakan tasbih, dan membahasnya merupakan jihad, dan
mencarinya merupakan ibadah, dan mengajarkannya merupakan sedekah sedangkan
menggunakannya bagi orang yang membutuhkannya merupakan Qurbah(pedekatan diri
kepada alloh).
14. Hadist Nabi:
Artinya :’pelajarilah apa-apa
yang kalian kehendaki Alloh tidak akan memberikan upah ganjaran kepada kalian
sampai kalian mengamalkannya terlebih dahulu.
B.
PENDAPAT PARA AHLI TENTANG PENDIDIKAN
1. Menurut
Langefeld
Pendidikan adalah membimbing anak
dalam mencapai kedewasaan.
2. Menurut Heageveld
Pendidikan adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan.
3. Bojonegoro
Pendidikan adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaanya
Pendidikan adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaanya
4. Menurut
Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran
serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
5. Menurut Rosseau
pendidikan adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak-
anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
6. Menurut
Darmaningtyas
Pendidikan adalah usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf
hidup dan kemajuan yang ledih baik.
7. Menurut
Paulo Freire
Pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen dan terdiri dari
dua tahap. Tahap pertama adalah masa di mana manusia menjadi sadar akan
pembebasan mereka, yang melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua
dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural
yang membebaskan.
8.
Menurut John Dewey
Pendidikan adalah suatu proses
pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan
biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi
secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses
ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan
kelompok di mana dia hidup.
9.
Menurut H. Horne
Pendidikan adalah proses yang
terus-menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia
yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada
tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia.
10. Menurut Rederick J. Mc Donald
Pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah
tabiat.
11. Menurut Ahmad D. Marimba
Pendidikan adalah bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
12. Menurut Djayakarta
Pendidikan adalah memanusiakan
manusia muda, maksudnya pengangkatan manusia muda ke tahap insani. Inilah yang
menjelma dalam semua perbuatan mendidik.
13. Menurut
Sir Godfrey Thomson
Pendidikan adalah pengaruh
lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang permanent
di dalam kebiasaan-kebiasaan tingkah lakun, pikiran, dam sifatnya.
C.
PENDAPAT SAYA MENGENAI PENDIDIKAN
.
D.
PENDIDIKAN YANG DI MENEJEMEN DENGAN AL-QUR’AN
makalah “AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL Yakni Surat al-Anfaal ayat 53 dan Surat Muhammad ayat 38″
BAB I
PENDAHULUAN
1.
A.
Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya
Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia. Itu
adalah suatu gambaran yang terdapat dalam Al-quran, dimana perubahan sosial
bisa terjadi dalam masyarakat salah satu faktor yang menentukan adalah
masyarakat itu sendiri. Dan untuk menciptakan perubahan yang sosial yang ada
dalam masyarakat adalah dengan pendidikan.
Dari uraian
diatas, makanya penulis mencoba menguraikan makalah yang berjudul “Ayat
Al-Qur’an Tentang Pendidikan dan Perubahan Sosial,yakni Surat al-Anfaal ayat 53
dan Surat Muhammad ayat 38” pada mata kuliah Tafsir Tarbawi kali ini.
1.
B.
Rumusan Masalah
Dari paparan latar
belakang masalah diatas dapat kita rumuskan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana
tafsiran Mufassirin dan penulis makalah tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan
pendidikan dan perubahan sosial, yaitu Surat Al-Anfaal ayat 53 dan Surat
Muhammad ayat 38?”
1.
C.
Tujuan Penulisan
Untuk menjelaskan
tafsiran Mufassirin dan penulis makalah tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan
pendidikan dan perubahan sosial. yaitu Surat Al-Anfaal ayat 53 dan Surat
Muhammad ayat 38.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
A.
AYAT AL QURAN TENTANG PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
1.
Q.
S. Al Anfaal : 53
y7Ï9ºs cr’Î/ ©!$# öNs9 à7t
#ZÉitóãB ºpyJ÷èÏoR $ygyJyè÷Rr& 4n?tã BQöqs% 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB
öNÍkŦàÿRr’Î/ cr&ur ©!$# ììÏJy ÒOÎ=tæ ÇÎÌÈ
Artinya: “
(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak
akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum,
hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”[1]
1.
Q.S.
Muhammad : 38
óOçFRr’¯»yd ÏäIwàs¯»yd cöqtãôè?
(#qà)ÏÿZçFÏ9 Îû È@Î6y «!$# Nà6YÏJsù `¨B ã@yö7t ( `tBur ö@yö6t $yJ¯RÎ*sù
ã@yö7t `tã ¾ÏmÅ¡øÿ¯R 4 ª!$#ur ÓÍ_tóø9$# ÞOçFRr&ur âä!#ts)àÿø9$# 4 cÎ)ur
(#öq©9uqtGs? öAÏö7tFó¡o $·Böqs% öNä.uöxî ¢OèO w (#þqçRqä3t /ä3n=»sVøBr&
ÇÌÑÈ
Artinya:
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada
jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir
Sesungguhnya Dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. dan Allah-lah yang
Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika
kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan
mereka tidak akan seperti kamu ini.”[2]
1.
B.
MUFRODAD
- 7Ï9ºs “ itu” dalam ayat ini berarti siksaan, ini dihubungkan dengan ayat sebelumnya.
- Kata لم يك ( surat Al Anfaal) pada mulanya berbunyi لم يكن . Penghapusan huruf nun itu untuk mempersingkat sekaligus mengisyaratkan bahwa peringatan dan nasihat yang dikandung ayat ini hendaknya segera disambut dan jangan diulur-ulur, karena mengulur dan memperpanjang hanya mempercepat siksa. Demikian yang diperoleh Al Biqo’i.[3]
- #ZÉitóãB ºpyJ÷èÏoR “mengubah nikmat” kalimat ini mempunyai arti Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.
1.
C.
PENJELASAN AYAT
Allah tidak
menyerahkan manusia kepada hal-hal yang sepintas kilas, juga tidak kepada
kebetulan-kebetulan yang tidak ada patokannya. Semuanya diatur dengan
sunnah-Nya yang ditetapkan dengan qadar-Nya. Apa yang menimpa kaum
musyrikin pada waktu perang Badar adalah yang juga menimpa Fir’aun dan
orang-orang yang sebelumnya.
Allah SWT telah
memberikan nikmat-Nya kepada mereka, telah memberikan rezeki dan karunia-Nya,
telah meneguhkan kekuasaan untuk mereka di muka bumi dan telah menjadikan
mereka khalifahnya. Semua ini diberikan Allah kepada manusia sebagai ujian dan
cobaan dengan tujuan untuk menilai mereka apakah mereka mau bersyukur atau
malah kufur, ternyata mereka malah bertindak kufur dan tidak bersyukur. Mereka
berlaku sombong dan melampaui batas dengan nikmat yang diberikan itu.
Mereka terperdaya oleh nikmat dan kekuatan itu lantas menjadi sewenang-wenang,
melampaui batas, kafir dan durhaka. Ayat-ayat Allah pun didatangkan kepada
mereka tetapi mereka mengkufurinya.
Pada waktu itu
berlakulah atas mereka sunnah Allah yang berlaku terhadap orang-orang kafir
sesudah sampai kepada mereka ayat-ayat-Nya, tetapi mereka mangingkarinya. Pada
waktu itu Allah mengubah nikmat itu dan menghukum mereka dengan azab serta
menghancurkan mereka.
Dalam tafsir
al-Mishbah Surat Al anfal ayat 53
y7Ï9ºs cr’Î/ ©!$# öNs9 à7t
#ZÉitóãB ºpyJ÷èÏoR $ygyJyè÷Rr& 4n?tã BQöqs% 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB
öNÍkŦàÿRr’Î/ cr&ur ©!$# ììÏJy ÒOÎ=tæ ÇÎÌÈ
Apa yang dialami
oleh orang-orang kafir itu penyebabnya dijelaskan oleh ayat ini. Demikian
kesimpulan hubungan yang dikemukakan oleh sekian pakar. Al-Biqo’i yang dikenal
sebagai mufassir yang memberi perhatian yang sangat besar tentang hubungan
antar ayat dan surah Al Quran, menghubungkan ayat ini dengan ayat yang lalu,
melalui suatu pertanyaan yang dilukiskan muncul akibat uraian ayat-ayat yang
lalu. Yaitu kalau memang Allah mengetahui bahwa mereka pasti berdosa maka
mengapa Allah tidak segera saja mereka?, mengapa Allah memberi mereka peluang
untuk mengganggu orang-orang yang dekat kepadanya?
Nah, ayat ini
menurut Al Biqa’i menjawab pertanyaan itu yakni bahwa yang demikian yakni
siksaan baik menyangkut waktu, kadar maupun jenisnya ditetapkan Allah
berdasarkan perbuatan mereka mengubah diri mereka. Sebenarnya Allah dapat
menyiksa mereka berdasar pengetahuannya tentang isi hati mereka. Yakni sebelum
mereka melahirkannya dalam bentuk perbuatan yang nyata, tetapi Allah tidak
melakukan itu karena sunnah dan ketetapannya. Sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak akan mengubah suatu nikmat sedikit atau besar yang telah dianugerahnya
kepada suatu kaum, tidak juga sebaliknya mengubah kesengsaraan yang dialami
oleh suatu kaum menjadi kebahagiaan hingga kaum itu sendiri terlebih dahulu
mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, yakni untuk memperoleh nikmat
tambahan mereka harus lebih baik, sedangkan perolehan siksaan adalah akibat
mengubah fitrah kesucian mereka menjadi keburukan dan kedurhakaan dan
sesungguhnya Allah Maha mendengar apapun yang disuarakan mahkluk lagi maha
mengetahui apapun sikap dan tingkah laku mereka.
Ayat ini juga
berhubungan dengan ayat berikut ini
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ
حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا
فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ (١١
Artinya: Sesungguhnya
Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.
Kedua ayat
tersebut berbicara tentang perubahan nikmat, menggunakan kata ما “ma”
sehingga mencakup perubahan apapun, yakni baik dari nikmat positif menuju
nikmat/murka illahi/negative maupun dari negative ke posotif.
Ada beberapa hal
yang perlu digarisbawahi menyangkut kedua ayat diatas. Pertama, ayat
tersebut berbicara tentang perubahan sosial yang berlaku bagi masyarakat yang
lalu, masakini, dan masa mendatang. Keduanya berbicara tentang hukum-hukum
kemasyarakatan, bukan menyangkut orang perorang atau individu. Ini dipahami
dari penggunaan kata kaum/masyarakat pada kedua ayat tersebut. Karena itu,
dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan sosial tidak dapat dilakukan oleh
seorang manusia saja.
Kedua, ayat tersebut berbicara tentang kaum, maka ini
berarti bahwa ketetapan atau sunnatullah yang dibicarakan ini berkaitan dengan
kehidupan duniawi, bukan ukhrawi. Hal ini mengantar kita berkata bahwa ada
pertanggungjawaban yang bersifat pribadi, dan ini akan terjadi di akhirat
kelak.
Perubahan yang
terjadi akibat campur tangan Allah atau yang diistilahkan oleh ayat di atas
dengan apa menyangkut banyak hal seperti kekayaan dan kemiskinan,
kesehatan , dan penyakit, kemuliaaan atau kehinaan, persatuan atau perpecahan,
dan lain-lain yang berkaitan dengan masyarakat secara umum bukan yang secara
individu. Jika demikian, bisa saja ada diantara anggota masyarakat yang kaya,
tetapi tidak mayoritasnya miskin maka masyarakat tersebut dinamai masyarakat
miskin demikian seterusnya. Kedua ayat ini menekankan bahwa perubahan yang dilakukan
oleh Allah, haruslah didahului oleh perubahan yang dilakukan oleh masyarakat.
Tanpa perubahan yang dilakukan masyarakat pada diri mereka terlebih dahulu,
maka mustahil akan terjadi perubahan sosial. Memang boleh saja terjadi
perubahan penguasa atau system tetapi jika sisi dalam masyarakat tidak berubah,
maka keadaan akan tetap bertahan sebagaimana sedia kala. Jika demikian yang
paling pokok dalam keberhasilan perubahan social adalah perubahan sisi dalam
manusia. Karena sisi dalam manusia itulah yang melahirkan
aktivitas, baik positif maupun negatif.[4]
Pendapat
Penulis makalah, Perubahan sosial
bisa terjadi jika masyarakat itu terdidik. Melalui pendidikan manusia dapat
belajar menjalani kehidupan dengan benar dan baik. Melalui pendidikan manusia
dapat membentuk kepribadiannya.[5] Islam
menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan umat
manusia. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengharuskan umat Islam untuk mendalami dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Secara teoritis, Ilmu pengetahuan yang dimiliki
manusia tidak mungkin dimilikinya tanpa melalui proses pendidikan. [6]
Dengan pendidikan
manusia dapat menata kehidupan secara pribadi, maupun sosialnya. Seperti yang
digambarkan Allah dalam surat Muhammad ayat 38 menerangkan bahwa kita
disuruh untuk menafkahkan hartanya dijalan Allah. Bagi orang yang awwam
dan tak berpendidikan agama maka akan berpendapat bahwa untuk apa kita harus
memberikan sebagian harta kita untuk orang lain, yang harta tersebut adalah
hasil dari usaha kita sendiri. Namun ini sangat berbeda ketika orang tersebut
berpendidikan, pasti ada sisi sifat afektif terhadap sesama yang muncul pada
dirinya,yaitu sifat kasih sayang dan mau berbagi sesama. Dan ketika itu terjadi
dalam masyarakat, dapat kita bayangkan bagaimana kehidupan di masyarakat itu,
apakah masyarakat itu tidak akan berubah baik secara culture maupun secara
kebiasaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan
dalam tafsir Al-Maraghi:
Ayat ini mengisyaratkan,
bahwa nikat-nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada umat dan individu sejak
pertama dan untuk selamanya, tergantung pada akhlak, sifat dan berbagai
perbuatan yang dituntut oleh nikmat itu. Selama, perkara-perkara ini tetap ada
pada mereka, maka nikmat-nikmat itu pun tetap ada pada mereka. Allah tidak akan
mencabutnya dari mereka, sedang mereka tidak melakukan suatu kedzaliman atau
dosa sedikitpun. Tetapi, apabila mereka mengubah sendiri akidah, akhlak, dan
perbuatan baik yang seharusnya mereka lakukan, maka Allah pasti mengubah
keadaan mereka dan mencabut nikmat yang telah diberikannya kepada mereka,
sehingga orang yang akan menjadi fakir, orang mulia menjadi hina dan orang kuat
menjadi lemah.[7]
BAB III
PENUTUP
1.
A.
Kesimpulan
Setelah kami
paparkan uraian makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa di dalam alqur’an
sudah sangat jelas memberikan gambaran kepada kita bahwa pendidikan dapat
merubah kehidupan sosial masyarakat, pendidikan tersebut harus berawal dari
diri manusia itu sendiri (Surat Al-Anfaal ayat 53).
Dan pada
pembahasan ayat berikutnya (surat Muhammad ayat 38) Allah memberikan jaminan
bagi masyarakat yang mempunyai pendidikan baik dan mengamalkannya akan
diberikan nikmat. Dalam ayat ini Allah menjamin orang yang dermawan akan
diberikan tambahan nikmat, dan bagi yang kikir Allah akan memberikan nikmat kepada
kaum yang lain. Kita tahu secara konsep dasar bahwa orang bisa menjadi dermawan
karena ia tahu bahwa apa yang ia miliki hanya titipan dari Allah dan sebagian
hartanya adalah milik orang fakir miskin.
Demikianlah
kesimpulan makalah kami, pastilah dalam pembahasan makalah ini banyak
kekurangan baik dari esensi materi maupun sistematika penulisan. Makanya
kami mengharap kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan dalam penulisan
karya ilmiyah yang berikutnnya. Akhir kata dari kami wal afwu mingkum wa
syukron jazilaa…..
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad
Musthofa,. Terjemah tafsir al Maraghi juz 10. 1992(Semarang: CV toha
Putra)
Bakry, M.Ag., Drs.
H. Sama’un, Menggagas Konsep Ilmu Penddikan Islam, (Bandung: Pustaka
Bani Qurasy, 2005),
Shihab, M. Quraish.
Tafsir al Mishbah. ( Jakarta: Lentera Hati: 2002)
Terjemahan dari Al
Quran Word
[1] Terjemahan dari Al
Quran Word
[2] Terjemahan dari Al
Quran Word
[3]Shihab, M. Quraish.
Tafsir al Mishbah. Jakarta: Lentera Hati: 2002)hlmn. 472-475
[4] Ibid, hlm
475
[5] Drs. H. Sama’un
Bakry, M.Ag. Menggagas Konsep Ilmu Penddikan Islam, (Bandung: Pustaka
Bani Qurasy, 2005), hlm. 1.
[6] Ibid
[7] Ahmad Musthofa
Al-Maraghi. Terjemah tafsir al Maraghi juz 10. 1992(Semarang: CV toha
Putra) hlmn 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar